Jakarta: Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) menyampaikan Pidato Kebangsaan dalam rangka memperingati 50 tahun CSIS (Centre for Strategic and International Studies) Indonesia, Senin (23/8) siang. Pidato Kebangsaaan yang berjudul “Daya Tahan dan Daya Saing Bangsa Menuju Indonesia Emas 2045”ini disiarkan virtual secara langsung melalui youtube resmi CSIS Indonesia.

Melalui forum tersebut, Ketum AHY mengajak seluruh elemen bangsa untuk membangun sebuah kesadaran kolektif akan pentingnya daya tahan bangsa (national resiliency).

“Pelajaran berharga dari krisis pandemi yang melanda Indonesia adalah dibutuhkan kebersamaan dan persatuan (solidarity and unity) antar anak bangsa dalam menghadapi krisis besar hari ini. Dalam berbagai kesempatan, saya sering menggelorakan tagline “Bersama Kita Kuat, Bersatu Kita Bangkit”, “Together We Are Strong, United We Rise”. Dalam satu paket yang sama, kebersamaan dan persatuan, merupakan ingredien, komponen utama dari daya tahan bangsa,” kata Ketum AHY.

“Sebenarnya sejak awal Covid masuk ke Indonesia, kita tidak pernah menyalahkan negara. Kita semua memahami bahwa pandemi ini bersifat borderless, lintas batas, dan sangat sulit untuk di contain,” ujar Ketum AHY.

“Tapi tentu setelah berjalan 1,5 tahun, rakyat Indonesia memiliki harapan yang besar kepada para pemimpin dan pemerintah, baik di tingkat pusat maupun daerah, untuk bisa bekerja secara lebih efektif dan progresif, untuk mengatasi, mengendalikan, dan pada akhirnya memutus rantai penyebaran virus di seluruh wilayah Tanah Air,” tambahnya.

Sejak awal, lanjut AHY, Partai Demokrat tegas mengingatkan bahwa, dalam menangani pandemi, negara tidak boleh gagal fokus antara “api” dan “asap”. “Dalam konteks ini, pandemi Covid-19 adalah apinya, sedangkan tekanan ekonomi merupakan asapnya. Jangan kita habis-habisan berupaya menghilangkan asapnya, sedangkan apinya gagal kita padamkan secara total. Selama ada api, selalu akan ada asap. Pada akhirnya, tidak ada yang lebih berharga dari nyawa manusia. Ekonomi bisa dipulihkan secara bertahap, tapi manusia yang mati tidak bisa dihidupkan kembali,” tegas Ketum AHY.

Untuk itulah sejak awal pandemi, Partai Demokrat mencanangkan gerakan-gerakan seperti Gerakan Nasional Demokrat Lawan Corona, Gerakan Nasional Demokrat Peduli dan Berbagi, Gerakan Nasional Partai Demokrat Bina UMKM, serta Gerakan Nasional Wifi Gratis bagi para pelajar, yang terus akan dilanjutkan dalam Bulan Bakti Partai Demokrat.

“Meskipun Partai Demokrat tidak berada dalam pemerintahan nasional, kami menggunakan hak dan menunaikan kewajiban kami, dengan mengulurkan tangan secara langsung, membantu masyarakat yang sangat terdampak oleh pandemi. Kami berprinsip bahwa “actions speak louder than words”. Oleh karena itu, di awal-awal masa pandemi tahun lalu, kami mencanangkan Gerakan Nasional Partai Demokrat Lawan Corona, untuk membagikan perlengkapan medis kepada tenaga kesehatan dan masyarakat (seperti APD, masker, disinfektan, hand sanitizer), yang ketika itu masih sangat langka dan mahal,” tutur Ketum AHY.

Lebih lanjut Ketum AHY menegaskan, segenting apapun keadaan, tata kelola pemerintahan yang akuntabel, serta mekanisme checks and balances, harus tetap dijalankan.

“Bagi kami, sikap dan posisi kritis adalah sesuatu yang fundamental. Alasan kami sederhana, dan hanya satu, yaitu: Partai Demokrat ingin pemerintah sukses; karena jika pemerintah sukses, maka negara dan rakyat kita akan selamat,” tegas AHY.

Sebelumnya, Direktur CSIS Philips Vermonte mengucapkan banyak terima kasih kepada Ketum AHY atas kesediannya untuk hadir memberikan pidato kebangsaan dalam rangka perayaan ulang tahun ke-50 CSIS.

“Ini adalah seri pidato Ketua-Ketua Umum Partai Politik, dari sisi saya pribadi dan banyak teman-teman CSIS, kita excited karena Bapak Agus Harimurti Yudhoyono adalah Ketua Umum termuda hari ini dan mungkin mewakili wajah demografis Indonesia,” jelas Philips.

“Dan karena itu amat sangat tepat apabila kita mendengarkan pandangan dari Partai Demokrat yang sekarang diketuai oleh Pak Agus Harimurti Yudhoyono. Selain kita membicarakan masa lalu tentu yang lebih penting adalah membicarakan hari ini dan masa depan,” tandasnya.

Hadir dalam acara itu antara lain, para pendiri dan senior CSIS; Harry Tjan Silalahi dan Jusuf Wanandi, Ketua Yayasan CSIS Djisman Simanjuntak, Sekretaris Yayasan CSIS Kristiadi, Direktur Eksekutif CSIS Dr. Philips J. Vermonte, dan Kepala Departemen Politik dan Perubahan Sosial Arya Fernandes.

(dna/csa)