Oleh: Abdurachman Tsani*)
Sebagaimana kita ketahui, dalam Pemilihan Langsung Gubernur (Pilgub) Riau, Partai Demokrat telah menetapkan kader terbaiknya untuk maju bertarung merebut jabatan Gubernur Riau 2018-2023. Walikota Pekanbaru Dr H Firdaus ST MT telah dipercaya menjadi kandidat gubernur dan telah didaftarkan ke KPU pada Selasa, 9 Januari 2018, pukul 16.00 WIB.
Ini adalah tonggak awal yang sangat baik bagi Partai Demokrat di Provinsi Riau. Lewat momen ini, Partai Demokrat Riau harus berbenah secara total. Mulai dari penguatan SDM hingga struktur partai secara umum; baik di tingkatan Dewan Pimpinan Daerah (DPD), Dewan Pimpinan Cabang (DPC), Pimpinan Anak Cabang (PAC), bahkan Ranting, Anak Ranting hingga Cucu Ranting.
Tidak masanya lagi seorang kandidat gubernur, ataupun kepala daerah, dari kader utama, bila maju bertarung menggunakan kekuatan relawan di luar struktur partai.
Mengapa?
Selain membutuhkan waktu lama (baik dalam memilih dan merekrut personel hingga membangun jaringan di setiap daerah) juga dibutuhkan biaya sangat besar. Itupun dengan resiko belum tentu sinkron dan harmonis, mengingat semua dilaksanakan dengan waktu sangat singkat dan terburu buru.
Karena di Riau, yang ditetapkan maju menjadi calon gubernur adalah kader utama Partai Demokrat, maka ini harus dijadikan kesempatan emas melakukan percepatan penguatan infrastruktur partai. Terlebih suasana kebatinan dan semangat “berdemokrat” sangat tinggi pasca-pelantikan Pengurus DPD-PD Riau yang luar biasa dahsyat.
Dalam kepengurusan DPD-PD Riau di bawah komando ketua yang baru, hasil Musda V, H Asri Auzar, sangat terasa gairah serta kebersamaan kader. Soliditasnya terlihat begitu nyata. Di Kantor DPD-PD Riau selalu terlihat kesibukan para kader. Aktivitas mereka bagai tidak pernah berhenti. Siang, malam, pagi dan sore, ramai para kader yang melakukan beragam kegiatan di Kantor DPD-PD Riau.
Dengan semangat kebersamaan dan semangat ingin menang ini, marilah kita membentuk jaringan partai hingga lapisan paling bawah. Keberadaan ranting; anak ranting; hingga cucu ranting memberikan peluang pada kita untuk mendidik dan mempersiapkan para kader menjadi ujung tombak kampanye secara masif dari pintu ke pintu; person to person. Mereka bahkan bisa dipersiapkan menjadi saksi-saksi militan, terlatih, dan profesional.
Tentu saja ini tidak terlepas dari proses kaderisasi dan pelatihan yang diadakan terus-menerus di dalam internal partai. Harus dibangun simbiosis mutualisme atau kerja sama saling menguntungkan antara kandidat gubernur dan partai pengusung (tentu maksudnya Partai Demokrat di Riau).
Riau adalah sebuah provinsi yang wilayahnya sangat luas. Demografinya juga sangat kompleks. Tidak semua wilayah bisa dikunjungi dengan moda angkutan darat. Bahkan moda angkutan air pun harus berkompromi dengan alam. Bila berada di wilayah pulau-pulau maka moda transportasi harus mengikut alam dengan kebiasaan pasang surutnya air. Karena itu, kekuatan jaringan politik menjadi sebuah keharusan bila kita ingin menang dan berjaya.
Alhamdulillah, Partai Demokrat, yang di DPRD Provinsi Riau memiliki 9 kursi, telah memiliki jaringan di setiap pelosok Riau. Begitupun harus diakui, tidak semua organ partai berjalan dengan baik dan aktif.
Kenyataan ini bisa kita ketahui saat pelaksanaan verifikasi administrasi parpol beberapa waktu. Jadi, kita masih harus berjuang sekuat tenaga dan bersama-sama agar kekuatan yang kita bangun tidak hanya di atas kertas alias teori saja, namun semua adalah kerja nyata yang terarah dan terukur. Apalagi berdasarkan informasi terkini, semua partai, baik yang lama ataupun baru, harus menjalani proses verifikasi faktual. Ini tentu menambah kesibukan baru dalam menyikapinya. Namun, semua itu sejalan dan selaras dengan persiapan menghadapi Pilgub Riau yang tentu saja harus kita menangi.
Hal lain yang tak kalah penting adalah persiapan pencalegan yang waktunya selaras dengan persiapan pemilihan gubernur. Tentu saja ini menjadi ajang pemanasan mesin partai khususnya bagi para caleg yang akan tampil dalam pemilihan anggota legislatif (baik di DPRD kabupaten dan kota maupun provinsi).
Singkat kata, semua kader bisa mengambil peran dan posisi pemenangan secara kompak dan saling menguntungkan. Terpenting, di dalam Pilgub Riau, kita ingin menang secara nyata dan terukur. Bukan hanya menang secara teori apalagi menang di Grup WhatsApp saja.
Bersama Kita Bisa!
*)Ketua BPOKK DPD-PD Riau
(dik)