Ferdinand Hutahaean (repro Trans7/FB-FH)

Oleh: Ferdinand Hutahaean

Fenomena kemerosotan nilai demokrasi di negara kita ini makin hari makin menjadi-jadi. Bagai kanker ganas yang menggerogoti seluruh tubuh bangsa, kemerosotan nilai Demokrasi terus menjangkiti seluruh lapisan masyarakat. Elit menjadi berpolitik tanpa adab, ngamukan, dan menjadi pembenci. Politik tanpa adab, politik tanpa moral, politik tanpa makna menjadi bagian dari kesehatian politik bangsa kita. Miris.

Sebagai anak bangsa, apakah ini akan kita biarkan menjadi bagian dari Demokrasi kita yang semestinya santun, beradab? Politik keras itu lazim dan lumrah. Tapi politik kasar tak beradab itu tidak lumrah karena bukan budaya kita. Indonesia sejak masih bernama Nusantara era Hindia Belanda, sudah terkenal dengan kesantunan dan budaya adat timur yang kita banggakan.

Lihatlah hari ini, betapa semua kesantunan dan adat timur itu luntur dan terdegradasi. Presiden Jokowi yang juga sebagai Capres petahana menggunakan kata Gebuk dan Sontoloyo serta mengajari pendukungnya berani berantam melawan sesama anak bangsa hanya karena berbeda pilihan. Megawati Soekarno Putri kemudian berbicara bahwa anak bangsa ini betul-betul ada keturunan budak, harus disuruh-suruh katanya baru bekerja. Diantara kata sontoloyo dan keturunan budak itupun terselip seorang Bupati bicara menyamakan manusia dengan Asu dengan menyebut Prabowo sebagai Asu. Tidak beradab dan amoral. Inikah kita sesungguhnya? Atau inikah kalian sesungguhnya dengan Revolusi Mental? Hina sekali anak bangsa ini disebut Sontoloyo dan keturunan budak apalagi disebut Asu alias Anjing.

Politik tanpa adab, tanpa moral, tanpa makna. Politik jadi subur dengan caci maki, surplus dengan kebencian, dan menuju minus nasionalisme dan persatuan.

Setelah politik tanpa adab, tanpa moral dan tanpa makna, muncullah fenomena baru dalam demokrasi kita. Politik kemudian diselesaikan dengan Politik Lapor Polisi. Tidak seharusnya politik diselesaikan atau bahkan dibinasakan dengan melaporkan ke polisi hal-hal yang tidak perlu diselesikan di ranah kepolisian. Politik harusnya diselesaikan dengan politik. Pernyataan jawab dengan pernyataan bukan dengan sedikit-sedikit lapor polisi. Demokrasi kita rusak karena kebebasan bersuara dan berbicara dalam politik akan semakin terkurung dengan ancaman laporan polisi.

Ini sungguh demokrasi yang tidak pernah kita inginkan dan tidak pernah kita harapkan terjadi. Politik lapor polisi hanya akan memupuk dendam dan permusuhan. Mengapa kita menjadi anak bangsa yang gemar memenjarakan saudara sebangsa? Memenjarakan hanya karena urusan politik? Sangat barbar. Kecuali urusan kriminal murni, silahkan bela dirimu, supaya politik kita menjadi politik beradab, politik bermoral dan politik bermakna.

Kita hampir kehilangan nilai demokrasi, jangan sampai kita kehilangan persaudaraan dan persatuan bangsa hanya karena praktek politik tanpa adab, tanpa moral dan tanpa makna.

Salam..!!

Jakarta, 07 November 2018