perlawanan atas terorisme dan dukungan bagi korban dengan hashtag #PrayForJakarta (twitter)

Oleh: Ir Rudi Kadarisman*)

Indonesia kembali berduka. Aksi teror terjadi di tanah air, Rabu (25/5/2017). Bom bunuh diri meledak di depan Halte Busway Kampung Melayu tepatnya pukul 21.00 WIB.

Akibat peristiwa itu, tiga anggota polisi yang sedang bertugas menjaga pawai obor,  gugur.  Ketiga polisi yang gugur akibat ledakan bom adalah Bripda Taufan, Bripda Ridho, dan Bripda Adi Nata.

Selain ketiga polisi ini, ledakan bom di kawasan Terminal Kampung Melayu itu menyebabkan pula lima polisi dan lima warga terluka. Para korban luka masih dirawat di empat rumah sakit di Jakarta Timur.

Adapun terduga pelaku diperkirakan berjumlah dua orang. Kedua terduga pelaku tewas di lokasi kejadian.

Hasil olah tempat kejadian perkara hingga dini hari menunjukkan bom yang meledak berjenis panci. Di antara potongan tubuh yang tercecer di lokasi, ditemukan struk pembelian panci.

Pelakunya membeli panci yang diduga digunakan sebagai media bom di salah satu minimarket di daerah Padalarang, Jawa Barat. Bom panci ini diduga dibawa dalam tas sebelum diledakkan.

Rangkaian peristiwa ini kembali menampar keras stabilitas keamanan nasional kita. Saat arus pertentangan ideologi menguat, terjadi ketidaksigapan pemerintah menyiapkan rasa aman bagi masyarakatnya. Ini sebuah catatan yang penting untuk segera disikapi.

Fenomena kekerasan adalah sebuah jalan perjuangan yang dipilih segelintir orang untuk menyampaikan pesan. Kita masih teringat dengan serangkaian serangan terorisme yang merusak tatanan kehidupan kebangsaan kita.

Untuk itu mencegah arus ini berjalan kencang adalah tugas pemerintah. Mengecam dan membasmi adalah kerja hilir yang tidak efektif. Justru menyelesaikan persoalan kesenjangan adalah salah satu jalan memutus gerakan radikalisme tersebut.

Akhirnya kita perlu kembali meneguhkan nilai Pancasila dalam kehidupan kebangsaan kita. Spirit yang juga harus dibawa oleh Pemimpin Negara sehingga tidak lagi membiarkan dicabik-cabik oleh tangan-tangan yang tak bertanggungjawab. Virus kebangsaan harus menghinggapi semua pihak. Hidup dan bersemayam di setiap sanubari anak bangsa.

Kita perlu berdamai dengan diri dan berdamai dengan sesama untuk menciptakan keharmonisan dalam kehidupan kebangsaan. Untuk menciptakan kedamaian tersebut, negara wajib hadir, pemerintah wajib ada dan terlibat dalam penyelesaian setiap persoalan sosial kemasyarakatan.

Mari kita menundukan kepala, menyisakan 4 menit waktu untuk mendoakan keselamatan korban peristiwa terorisme dan juga bagi para pelaku agar mari kita akhiri perseteruan di antara kita. Dan akhirnya kita berharap bersama Pemerintah segera menyelesaikannya.

Jangan lagi ada darah dan air mata yang terus bercucuran!

#PrayForJakarta; Pray for Indonesia…

*)Ketua Divisi Keamanan Internal DPP Partai Demokrat