Sekjen Partai Demokrat Didi Irawadi Syamsudin (MCPD/Iwan K) Wakil Sekjen Partai Demokrat Didi Irawadi Syamsudin (kompas) Contoh spanduk bertema introspeksi Ramadan, dengan gambar Agus Harimurti Yudhoyono, pemimpin masa depan yang lahir dari rahim Demokrat dan kehendak sejarah. Spanduk seperti ini dipasang kader Demokrat se-Indonesia. (redisusilo)

Oleh:  Ferdinand Hutahaean*)

Sepekan sudah Ramadan hadir bersama kita dan kita lalui dengan suka cita.

Bagi seorang Muslim, tentu Ramadan adalah bulan terindah dari semua bulan dan hari-hari paling penuh berkah dari hari-hari lainnya, baik berkah duniawi maupun berkah surgawi. Setiap orang berlomba-lomba menunjukkan kesalehan iman, berlomba-lomba memberikan yang terbaik dalam kehidupan duniawi maupun ibadah. Sungguh Ramadan bulan penuh berkah dan bulan penuh kebaikan.

Demikian jugalah bagi Partai Demokrat, Ramadan bukan sekadar bulan untuk menahan lapar haus dan nafsu duniawi lainnya, namun Ramadan bagi Demokrat adalah bulan introspeksi diri. Baik itu introspeksi ke dalam diri Partai Demokrat sendiri, maupun introspeksi keluar. Partai Demokrat juga mengajak penguasa dan seluruh anak bangsa ini untuk introspeksi atas apa yang telah kita lakukan dengan melihat situasi kebangsaan saat ini.

Mengapa bangsa kita terus menerus gaduh tiada henti? Mengapa bangsa kita menjadi bangsa yang tidak nyaman bagi sikap kritis? Mengapa bangsa kita menjadi bangsa yang gampang membenci? Mengapa bangsa kita menjadi mudah memberikan label anti-kebinekaan kepada pihak lain yang berbeda pendapat dengan penguasa? Dan sederet pertanyaan mengapa yang lainnya yang tidak mungkin kita tuliskan satu per satu dalam artikel ini.

Awal Ramadan bergulir, hampir di seluruh wilayah Republik Indonesia bertebaran spanduk yang dipasang para kader Demokrat secara bersamaan. Seperti ada komando batin tertanam di hati para kader. Spanduk yang temanya beragam dengan gambar Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) bersama kader maupun gambar Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), sang pemimpin masa depan bangsa, yang lahir dari rahim Demokrat dan lahir dari kehendak sejarah. Spanduk-spanduk itu goresan hati Demokrat tentang betapa pentingnya introspeksi selama Ramahan. Kalimat-kalimat yang tertulis juga adalah merupakan ajakan mengoreksi diri bagi semua pihak tanpa terkecuali.

Ramadan kali ini dijadikan Ramadan berbeda dari sebelum-sebelumnya. Ini semua tidak lepas dari kondisi berbangsa dan bernegara yang justru menjadi kurang baik pasca-SBY, Presiden RI ke-6, meneruskan kepemimpinan bangsa ini kepada penerusnya Presiden RI ke-7 Joko Widodo. Ada kondisi yang terjadi seperti tidak tertangani dengan baik, padahal kejadian-kejadian itu sesungguhnya tidak perlu terjadi karena bisa dihindari andai ditangani secara tepat, benar dan bijaksana.

Dalam rangka itulah mengapa di seluruh Indonesia bertebaran spanduk yang mengambil tema introspeksi Ramadan. Spanduk itu bahkan ada yang mengartikan macam-macam, misalnya dugaan bahwa AHY akan maju dalam pilkada di daerah seperti Jatim dan Jateng atau bahkan diduga terkait pesta demokrasi 2019 nanti. Biarlah semua dugaan dan persepsi itu berkembang di tengah masyarakat karena tujuan Demokrat bukan di situ tapi sesungguhnya ingin mengajak semua mengoreksi diri.

Penguasa harus introspeksi apakah sudah benar menggunakan kekuasaannya, karena kekuasaan itu tidak membenci tapi menyayangi. Begitu juga dengan semua kader diajak mengoreksi diri apakah sudah saling memberi dan saling berbagi sesama kader dan saling bekerja untuk membesarkan partai atau hanya bekerja untuk diri sendiri.

Kekuasaan itu cobaan, maka harus digunakan secara amanah. Begitulah sebagian pesan introspeksi Ramadan ala Demokrat. Pesan itu tidak hanya ditujukan kepada penguasa di pusat tapi juga kepada kader Demokrat yang menjadi kepala daerah agar menggunakan kekuasaannya demi kemaslahatan rakyat banyak. Amanah jangan dibelokkan apalagi kemudian jadi membenci. Tidak boleh juga menjadi serakah dengan mengambil semua menggunakan kekuasaan. Ambil secukupnya supaya berkah. Sungguh mulia pesan-pesan introspeksi Ramadan ala Demokrat.*

Marilah kita manfaatkan momen Ramadan ini menjadi bulan introspeksi ke dalam, karena hanya dengan demikianlah Partai Demokrat menjadi besar. Dengan introspeksi kita akan mengetahui apa yang sudah kita lakukan untuk partai ini dan apa yang masih harus kita lakukan untuk kesuksesan bersama Partai Demokrat.

Jayalah Demokrat!

Jakarta, 4 Juni 2017

*)Komunikator Politik DPP Partai Demokrat