Oleh: Farkhan Evendi*)
Ramadhan Tahun ini berbeda dengan tahun kemarin, jika sebelumnya hanya negara-negara tertentu yang sedang tertimpa bencana maupun dilanda peperangan yang sama sekali tidak merasakan kenyamanan di bulan Ramadhan seperti di Yaman, Palestina, Iran, Suriah dan seterusnya. Sedangkan tahun ini umat Muslim hampir di seluruh dunia sedang menghadapi ancaman yang sama, virus corona (Covid-19), virus yang telah memakan korban begitu banyak di seluruh dunia.
Virus ini hampir benar-benar menjungkirbalikkan keadaan umat manusia, sampai pada Ramadhan kali ini virus tersebut juga telah meluluhlantakkan bangunan ekonomi keluarga Muslim di seluruh dunia. Namun, tentu kita semua akan selalu percaya bahwa di setiap cobaan pasti ada hikmahnya. Terbukti, di saat musibah Covid-19 mampu membuat banyak orang jatuh, namun di saat itu pula dengan cepat kita menyadari bahwa kita semua harus bangkit, saling mengulurkan tangan untuk bergotong-royong dan membantu satu sama lain.
Semangat solidaritas sosial maupun semangat mengejewantahkan nilai agama melalui kepedulian antar sesama menjadi dua spirit yang menggelinding besar memeluk orang-orang lemah di republik ini, tentu ini menjadi tidakan yang begitu berarti dalam situasi saat ini. Meskipun tidak signifikan bila dibandingkan dengan peran negara yang seharusnya melakukan lebih karena memiliki power untuk menolong lebih banyak masyarakat yang terkena dampak Covid-19.
Kemuliaan bulan Ramadhan telah memberikan tambahan semangat orang-orang untuk berbuat lebih banyak di tengah wabah ini. Apalagi jika setiap kita khususnya umat Muslim mampu mengambil spirit dari kisah-kisah Nabi bersama para sahabat, dimana setiap peperangan pada zaman Nabi yang dilaksanakan di bulan Ramadhan pasti berujung pada kemenangan umat Islam. Sama halnya dengan kisah tersebut, umat Islam saat ini juga sedang menghadapi peperangan, perang melawan melawan wabah Covid-19 yang oleh banyak ahli diduga sebagai senjata biologis dari salah satu negara super power yang memiliki daya rusak berskala besar
Bencana kelaparan, ancaman kejahatan, chaos, berbagai gejolak sosial yang terjadi di masyarakat adalah ancaman yang bisa saja datang di kemudian hari. Namun kita tidak boleh takut, karena ketakutan pada hari esok lahir dari lemahnya iman. Saatnya terus berbagi dan terus memperkuat rasa persaudaraan kepada sesama, bahwa jika kita terhubung dengan langit kita akan kokoh di bumi dan memudahkan kita menghadapi hari-hari ke depan, karena setiap rezeki kita sudah dijamin oleh-Nya.
Itulah semangat persaudaraan dan kesetiakawanan yang harus dipupuk di bulan Ramadhan, mengajak setiap orang untuk memupuk kesabaran dan terus menggali kebenaran, disertai tindakan nyata menolong sesama memberikan bantuan termasuk bantuan sosial.
Ramadhan adalah bulan cinta, bulan kebersamaan dan kesetiakawanan, rezeki akan bertambah bila berbagi dan bukankah kata seorang sufi “Tuhan ada di wajah-wajah orang miskin”
Semoga kita mendapatkan rahmah dan ampunan!
*) Ketua Umum Bintang Muda Indonesia
(wan)