Masyarakat Papua saat berunjuk rasa di kantor Gubernur Dok Dua Jayapura, Jumat (8/9). (wartaplus.com/Riri)

Jayapura: Aksi protes terhadap Penyidik Tindak Pidana Korupsi (Tipikor ) Bareskrim Polri atas pemanggilan Gubernur Papua (yang juga Ketua Partai Demokrat Papua) Lukas Enembe dilancarkan limaratusan orang dari berbagai elemen masyarakat. Mereka berunjuk rasa di halaman kantor Gubernur Papua, Jumat (8/9) pagi.

Dari pantauan Wartaplus.com di lapangan, aksi unjuk rasa ini dimulai pukul 11.00 WIT, puluhan poster dan juga spanduk bertuliskan, ‘Stop Kriminalisasi Lukas Enembe’ dengan hastag #SaveGubernurPapua #LukasEnembe dibawa oleh para pengunjuk rasa. Secara bergantian, para perwakilan pendemo berorasi. Mereka mewakili dari lima wilayah adat di bumi Cenderawasih.

Koordinator Massa, Benyamin Gurik kepada pers di sela sela unjuk rasa mengatakan, aksi masyarakat hari ini adalah sebagai bentuk protes terhadap Penyidik Bareskrim Polri yang melakukan penyelidikan terkait dugaan korupsi beasiswa luar negeri di Biro SDM Papua tahun 2016.

“Setelah kita mendengar informasi terkait pemeriksaan gubernur dan kita berdiskusi serta mengkajinya, kami menyimpulkan kasus ini terkesan dipaksakan, tidak jelas kasus ini yang mau diungkapkan sebenarnya apa?” Katanya heran.

Menurutnya,kapasitas Gubernur adalah untuk mengurus Papua, sehingga terkait beasiswa sebenarnya itu dikelola oleh instansi teknis yakni biro SDM.

“Harusnya jika memang ada temuan, pasti BPK sudah mengetahui, tapi ini kan tidak ada. Lalu kalau Polri punya bukti harus instansi teknis yang diperiksa dulu, ditetapkan tersangka lalu untuk keperluan bukti tambahan baru periksa gubernur,” bebernya.

“Tapi ini kan tidak terjadi semua, ini opini yang dibangun di media massa seolah olah gubernur sebagai tersangkanya. Nah tentunya ini menjadi keresahan warga hari ini,” sesalnya.

Benyamin mengaku, upaya kriminalisasi Gubernur saat ini seperti mengulang kasus dugaan korupsi di Dinas PU Papua awal Januari lalu. Dimana Gubernur dikabarkan terlibat dalam kasus yang ditangani KPK tersebut.

“Katanya Gubernur diperiksa KPK tapi buktinya kabar itu tidak terbukti sampai sekarang. Sama halnya kasus Pilkada Tolikara, dimana Polda Papua tetapkan Gubernur sebagian tersangka, tapi juga tidak terbukti dan kasusnya dihentikan,” tukasnya.

Polri Jangan Dimanfaatkan

Mewakili masyarakat Papua, Benyamin berharap lembaga Kepolisian tidak dimanfaatkan dan dikendalikan oleh siapapun juga. Sebab, katanya, jika dilihat apa yang terjadi hanya untuk merusak citra dan nama baik gubernur. Dan itu membuat orang Papua kecewa.

“Kita tidak akan berhenti di sini, kita akan terus mengawal kasus ini. Sebab kita tidak terima karena kasusnya terlalu berlebihan aneh dan kita minta Presiden juga Kapolri segera mengambil sikap. Jangan yang kayak kemarin Kapolri upload foto bersama Gubernur dan Kapolda Sumut, Irjen Pol Paulus Waterpauw, kita tidak butuh itu! Karena menyebut namanya saja jelang pemilu itu, sudah merusak citranya itu yang kita berharap tidak terjadi lagi ke depan,” tegasnya.

Namun, lanjut Benyamin, jika pemahaman institusi hukum seperti ini terus saja terjadi. Tentunya sebagai orang Papua tidak akan tinggal diam, apalagi sosok mantan Bupati Puncak Jaya itu dalam empat tahun memimpin Papua banyak gebrakan spektakuler yang telah dibuat untuk menjaga dan melindungi masyarakatnya, khususnya orang asli Papua. Dan tentunya, tegas Benyamin sebagai orang asli Papua pasti berutang budi dan siap mati untuk membela seorang Lukas Enembe.

“Aksi demo hari ini bukan karena paksaan karena merasa berutang Budi kepada beliau. Ini bentuk dukungan kepada bapak Gubernur, bahwa ada kami rakyat Papua ada yang siap mengawal kasus ini. Untuk diingat bahwa sejarah pemerintahan di Papua yang berani memasang badan, mempertaruhkan nyawa untuk Papua hanya Lukas Enembe, dan orang Papua juga siap mempertaruhkan nyawa untuk membelanya apalagi kayak begini upaya kriminalisasi, ini tidak main main kita siap membela mati matian,” tegasnya lagi.

“Jadi jangan pemerintah coba-coba apalagi untuk jaga keamanan di Papua, jangan kayak begini, kasus kayak begini mulai hilang mulai dingin lagi, setelah itu foto mesra-mesra lalu hilang lagi. Ini sepertinya memang untuk merusak citra LE sebagai Gubernur Papua,” tudingnya.

Benyamin juga mengingatkan, kasus ini jangan seperti ada intimidasi teror seperti yang dilakukan kepolisian, ini membunuh karakter orang Papua , supaya orang Papua kalau jadi Gubernur jangan kayak Lukas Enembe, nanti ditangkap.

“Ini kan menyerang psikologis masyarakat, padahal Lukas Enembe tidak pernah melawan hukum makanya kita akan lawan,” tegasnya.

Beda cerita jika Gubernur tertangkap tangan. Nah itu, kata Benyamin, mereka akan siap berdiri mendukung polisi.

“Jadi kita datang bukan untuk menghalangi proses hukum, tapi dengan tegas kami meminta polisi secara terbuka mengumumkan siapa tersangkanya, berapa nominal kerugiannya dari kasus dugaan korupsi ini. Bukan ngambang kasusnya kayak di PU maupun kasus pemilu Tolikara,” pintanya.

Setelah berorasi lebih dari dua jam, massa akhirnya diterima oleh Kepala Kesbangpol dan Linmas Papua, Musa Isir. Di kesempatan itu koordinator massa, Benyamin Gurik membacakan pernyataan sikap dan menyerahkannya ke Pemprov Papua.

“Kami menyampaikan terima kasih karena kalian telah berdemo dengan tertib dan damai. Tentunya aspirasi ini akan kami sampaikan kepada pimpinan untuk kemudian diambil langkah selanjutnya,” ucap Musa Isir

Sementara itu Kapolresta Jayapura, AKBP Tober Sirait mengatakan, setelah menerima surat ijin keramaian untuk pelaksanaan unjuk rasa hari ini, pihaknya langsung menyiapkan fasilitas kendaraan untuk mobilisasi massa. Ia menyebutkan, untuk pengamanan setidaknya diturunkan kurang lebih 400 personil.

(wartaplus.com/dik)