Boyke Novrizon (foto: dokpri)

Oleh: Boyke Novrizon

Jika kita merefleksi takdir politik di tahun 2004 dan 2009 maka kita dapat melihat dan menyaksikan pasukan atau Tim Pemenangan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) sangat multikomplit. Semua lini berjalan dan hidup serta berfungsi sesuai tupoksinya.

Dari yang urus gorong-gorong (pasukan bawah tanah), pemilih atas, menengah dan bawah bahkan “pemilih liar”/mengambang (floating mass) pun sangat fatsun serta terkomando dengan sangat baik.

Tim pemenangan yang sangat luar biasa itu menjadi Panglima-panglima Perang Pendukung Capres/Cawapres. Mereka yang bekerja dengan sangat efektif, diantaranya: Tim Delta, Tim Bravo, Tim Echo, Tim Sekoci, Tim Citra, Tim Romeo, Tim Blora Center, Majelis Dzikir SBY, Gerakan Pro-SBY, Relawan SBY dan tim-tim lain yang tidak kalah hebat.

Para (purn) Jenderal dan Kolonel TNI/Polri memiliki pemikiran sangat brilian. Rekam jejak mereka selama dalam pertarungan dan peperangan yang sesungguhnya (sebagai TNI/Polri) benar-benar menjadi kekuatan yang sangat terkapitalkan beserta seluruh jaringannya.

Kondisi dan Posisi PD pada tahun 2004 di angka 8.455.225 Pemilih (7,45%), namun Pasangan SBY-JK dapat memenangkan Pertarungan Pilpres di angka 60,62% (kemenangan terbesar pertama dalam sejarah Politik Pilpres di-Indonesia).

Padahal saat itu pasangan SBY-JK hanya diusung dan didukung kekuatan partai yang bisa dikatakan partai peringkat bawah, di antaranya: PD, PPP, PBB (11%) dan terakhir ditutup dengan mendapatkan dukungan dari Partai Sejahtera (saat ini PKS). Total dukungan partai menjadi 17%. Kekuatan kecil itu melawan partai-partai gajah dan kelas atas seperti Golkar, PDIP dan kekuatan partai rivalitas lainnya yang tak kalah hebat.

Jika kita menelusuri posisi juang dan kehadiran Pak SBY dalam Pilpres 2004, sungguh sangat fenomenal dan luar biasa. Beliau menjadi pilihan alternatif di antara banyaknya tokoh politik yang hadir dalam Pilpres 2004,  selain  Megawati yang saat itu sebagai petahana presiden.

Perang Mahabintang dalam Pilpres 2004 tak dapat dielakkan lagi. Layaknya kita menyaksikan dan terlibat dalam Bharatayudha. Perang yang kemudian dimenangkan SBY dengan telak.

Kini, kehadiran Agus Harimurti Yudhoyono atau AHY sangat fenomenal serta mencuri perhatian Rakyat Indonesia (khususnya kaum wanita dan pemilih pemula/komunitas milenial). AHY, saat ini, dapat dikatakan sebagai tokoh muda yang hadir dalam panggung politik nasional. AHY dapat dijadikan “tokoh/calon alternatif” dalam Pilpres 2019. AHY adalah “jalan tengah” atas banyaknya kekecewaan yang dialami serta dirasakan rakyat kepada Pemerintah dan Tuan Presiden Joko Widodo saat ini. Ditambah lagi, masyarakat Indonesia menginginkan perubahan lebih pasti dan jelas serta keutuhan secara nyata.

Minimnya kehadiran tokoh politik mumpuni saat ini, selain Jokowi dan Prabowo, membuat kehadiran AHY dapat dijadikan alternatif masyarakat dalam Pilpres 2019. Tentu hal ini sangat menguntungkan AHY dan PD dalam pertarungan Pilpres 2019.

AHY adalah anak muda yang memiliki kekuatan magnet (perekat) sangat tajam dan kuat. Semua ini terlihat nyata dari sikap, karakter, perilaku, lantunan kata serta kekuatan jiwa dan kepribadiannya. Sosoknya menunjukan pemimpin yang dilahirkan untuk Indonesia ke depan;   Indonesia yang lebih baik di mata rakyat serta dunia.

AHY hadir bukan saja buat kita keluarga besar Partai Demokrat. Ia hadir untuk Indonesia yang utuh dan berdaulat sebagai sebuah negara merdeka.

Seperti disampaikan Pak SBY dalam rapat partai di hadapan para kader utama di Kopo, Cisarua, Kabupaten Bogor, “Dalam politik, tidak ada yang tidak mungkin”.

Karenanya, jika Sang Maha Kuasa; Allah SWT menginginkan dan menitipkan takdir negeri ini untuk dilanjutkan kepada AHY nantinya, maka tak ada yang dapat menolak dan membunuh takdir politik dan takdir kehidupan ini.

Salam Hormat

*)Wakil Ketua Komisi Pemenangan Pemilu DPP Partai Demokrat