Oleh: Jansen Sitindaon
Pagi ini, 6 Mei 2017, kembali koper dikemasi. Menyongsong kerja politik berikutnya, Rakernas Partai Demokrat di Mataram, Lombok, NTB. Rakernas dari tanggal 7 sampai 9 Mei ini sendiri merupakan amanat konstitusi (AD/ART) Partai, yang dilaksanakan minimal 2 tahun sekali sebagai ajang Partai melakukan konsolidasi menyeluruh secara Nasional.
Dalam reportase berikutnya, akan saya sarikan lengkap jalannya Rakernas yang akan dibuka langsung oleh Ketua Umum Bapak Prof. Dr. Susilo Bambang Yudhoyono ini. Lengkap beserta hasil sidang-sidang Komisi yang dilakukan. Layak publik Nasional menunggu jalannya Rakernas ini. Karena mungkin saja, di bumi Rinjani ini akan lahir sebuah “letusan” politik penting dari Demokrat. Berupa keputusan resmi Partai menyikapi berbagai isu nasional yang hari ini menyeruak di ruang publik. Mari kita tunggu jalannya Rakernas ini.
*****
Duduk di kursi 19 E. Tepat pukul 9.12 WIB, pesawat yang kami tumpangi Batik Air ID 6950, lepas landas dari bandara Soekarno-Hatta. Tujuannya seperti tertulis di judul, Bandara Internasional Lombok (“BIL”).
Sesuai jadwal, tepat pukul 11.45 WITA, pesawat ini mendarat dengan mulus di BIL. Sebuah bandara baru, pengganti Selaparang yang selama ini menjadi pintu masuk NTB. Saya melihat sendiri, arsitektur bandara ini unik, karena dibangun mengambil ciri khas rumah adat Sasak. Suku asli yang sejak dahulu mendiami pulau Lombok, tempat berdirinya bandara ini. Satu yang unik, bandara ini tidak dibangun di kota Mataram, namun di Praya Kabupaten Lombok Tengah. Itulah yang membuat sehingga di tiket dan boarding pass kita ditulis From: JAKARTA CGK, To: PRAYA LOMBOK INTL. Berbeda ketika dahulu masih di bandara Selaparang. Langsung ditulis MATARAM, sebagai tempat lokasi Selaparang ini berada.
Di bandara baru inilah saya katakan ada jejak Pak SBY. Karena ternyata bandara ini diresmikan langsung oleh beliau penggunaannya pada tanggal 20 Oktober 2011. Inilah “bukti hidup”, salah satu dari banyak lagi di Indonesia ini pemenuhan terhadap Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia atau lebih dikenal dengan nama “MP3EI”, sebuah program percepatan pembangunan yang dahulu dicanangkan oleh Presiden SBY.
Sebagaimana dapat dibaca di Peraturan Presiden No. 32 Tahun 2011, kebijakan percepatan pembangunan ini sendiri dicanangkan berdasarkan potensi demografi dan kekayaan sumber daya alam dan keuntungan geografis masing-masing daerah. Dan Propinsi NTB yang masuk koridor lima ini, diprioritaskan sebagai pintu gerbang pariwisata dan penyangga lumbung pangan nasional.
Untuk menunjang NTB sebagai daerah wisata inilah, Bandara Internasional Lombok yang menempati areal hampir 500 hektar dan memakan biaya hampir 1 Triliun ini dibangun. Sebagai pengganti bandara Selaparang yang memang sudah tidak mampu lagi menampung penumpang reguler dan wisatawan yang terus meningkat setiap tahunnya.
Dan terbukti, sejak diresmikannya BIL ini oleh Pak SBY, jumlah wisatawan yang berkunjung ke Lombok dan NTB ini setiap tahunnya memang terus meningkat dengan pesat.
Apalagi ditangan Gubernur Tuan Guru Zainul Madji, yang kemanapun pergi dan di kesempatan apapun selalu “menjual” wisata di NTB ini. Berhasil menimbulkan minat dan demand yang sangat tinggi bagi banyak orang untuk berkunjung ke Lombok dan NTB ini.
Bahkan dengan tagline “wisata halalnya”, Tuan Guru berhasil membawa brand Lombok dan NTB ini dinobatkan sebagai The Best Halal Destination Award 2015 dan The Best Halal Honeymoon Award 2015 di Abu Dhabi Emirat Arab. Di bawah Tuan Guru, hari ini NTB telah menjadi “juara dunia” di awarding halal, mengalahkan Malaysia dan banyak negara muslim lainnya.
Data resmi yang dirilis Kementerian Pariwisata, rasanya dapat menjadi bukti sahih pencapaian Tuan Guru ini. Jumlah kunjungan wisatawan lokal maupun mancanegara ke NTB ini naik begitu “deras”.Tiap tahun terus meningkat. Tahun 2012 saja (tahun pertama bandara baru ini diresmikan), jumlah wisatawan yang berkunjung telah mencapai 2,25 juta. Meningkat kembali menjadi 2,49 juta di tahun 2013. Sampai puncaknya di 2015 kemarin, angkanya telah mencapai 3,01 juta orang.
Inilah bukti, program percepatan pembangunan MP3EI di zaman Pak SBY telah terbukti berhasil “mengerek” naik NTB dengan potensi wisatanya. Lombok dan NTB yang di dalam MP3EI diprioritaskan sebagai gerbang wisata baru, hari ini betul-betul sukses tumbuh menjadi “Bali” baru Indonesia.
Ditambah lagi Kawasan Ekononomi Khusus Pariwisata (KEKP) Mandalika yang sekarang terus dikembangkan. Ke depannya akan semakin banyak pilihan wisatawan ketika berkunjung ke NTB ini. Apalagi di Mandalika ini rencananya akan dibangun sirkuit balap jalanan standar FIM dan FIA untuk kelayakan penyelenggaraan kejuaraan dunia, semirip yang telah ada di Singapura dan Monaco. Semakin lengkaplah nilai jual dan nilai tambah pariwisata NTB ini bukan lagi hanya sekedar kelas nasional, tapi mata dunia, pikir saya.
Inilah mungkin salah satu warisan terbesar Tuan Guru, yang 2018 nanti akan mengakhiri 10 tahun kepemimpinannya, kepada kampung halamannya tercinta Nusa Tenggara Barat. Sebagai peletak pondasi dasar wisata NTB. Atau bisa juga mungkin disebut, “Bapak Wisata Halal Indonesia”.
*****
Di luar angka-angka di atas. Dibandara BIL siang ini, saya melihat langsung, begitu banyak wisatawan asing maupun lokal berseliweran. Di apron bandara sendiri, sebagai tempat parkir pesawat, jam 11.45 ini saya melihat ada 6 pesawat yang sedang “bongkar muat” penumpang. Hampir seluruh “merek” maskapai Nasional ternama parkir. Dan punya rute penerbangan langsung menuju Lombok ini. Ramai betul bandara ini pikir saya. Angka ini nyata, bukan statistik semata. MP3EI dan investasi triliun rupiah yang dahulu dikucurkan pemerintahan pak SBY ke Propinsi ini, nyata telah terlihat buktinya secara langsung.
Dan 10.000 (sepuluh ribu) pohon trembesi yang disumbang dan ditanam Pak SBY ketika meresmikan bandara BIL ini dulu, juga saya lihat telah tumbuh dengan suburnya. Trembesi ini telah berhasil menghijaukan dan mengindahkan lingkungan bandara yang dahulu gersang ini.
Betul kata orang bijak, tanamlah pohon karena dia akan terus bertumbuh besar dan akan setia menyambutmu pulang. Ketika siang ini Pak SBY mendarat di BIL, selain ribuan kader dan masyarakat NTB yang menyambutkan, ribuan trembesi yang tumbuh subur ini, dalam diamnya akan menyapa beliau dengan kehijauan dan keteduhannya.
Selamat datang Pak SBY dan Ibu Ani di Mataram.
*****
Sebagai penutup tulisan awal ini. Kemeriahan akan adanya Rakernas Partai Demokrat di Mataram, Lombok NTB ini telah terlihat sejak kita berada di bandara BIL ini. Suasana akan adanya event politik kelas nasional di tempat ini telah terasa.
Tepat di depan bandara, sebuah billboard besar bertuliskan selamat datang peserta Rakernas Partai Demokrat dengan wajah Pak SBY yang tersenyum, Sekjen DR HP (Hinca Pandjaitan) dan TGB (Tuan Guru Bajang) telah menyapa kita seluruh kader Demokrat dari berbagai penjuru Indonesia yang datang ke tempat ini.
Bahkan, di sepanjang jalan dari BIL di Praya Lombok Tengah ini sampai ke Kota Mataram yang berjarak lebih kurang 37 KM, saya melihat sendiri, ribuan bendera Demokrat berjejer terpasang di sepanjang jalan. Tanpa putus. Berdegup jantung saya melihat ini. Belum lagi, di luar yang terpasang di depan bandara, ada 10 billboard tambahan lainnya yang saya lihat berdiri megah disepanjang jalan. Memberitakan dan memberikan sambutan kepada kita, kalau Demokrat sedang menyelenggarakan Rakernas ditempat ini.
Selamat datang di Mataram, di NTB sahabat Demokratku sekalian dari seluruh Indonesia. Mari bersama Rakernas ini, dari Mataram kita getarkan Indonesia. Dari Mataram kita kirimkan pesan, kalau Demokrat ada untuk peduli dan beri solusi bagi bangsa ini.
Demokrat… JAYA!
SBY.. YESS!
Mataram, Lombok 6 Mei 2017
*)Komunikator Politik Partai Demokrat