Sekjen Partai Demokrat HInca Pandjaitan (tengah, di belakang) Ketua FPD DPR-RI Edhie Baskoro Yudhoyono (paling kiri) dan Anggota FPD DPR-RI Sartono Hutomo (ketiga dari kanan) beserta Plt Ketua DPC-PD Kota Depok (yang juga Ketua Div Keamanan Internal DPP-PD) Rudi Kadarisman (kedua dari kiri). (Foto: cerobongasap.com)

Tahun 2015 adalah tahun bersejarah bagi DPC Partai Demokrat Kota Depok. Dalam sengitnya kompetisi pilkada, DPC Demokrat menjadi satu-satunya DPC partai yang tak masuk dalam daftar partai pengusung pasangan calon wali kota dan wakil wali kota. Kegagalan ini membuat Dewan Pimpinan Pusat mengetahui, bahwa infrastruktur politik DPC ini sangat lemah. Untuk menyelamatkannya dari keterpurukan yang lebih parah, DPP melakukan pergantian Ketua DPC dan amanah itu disampirkan ke pundak Rudi Kadarisman.

Keputusan itu menuai hasil menggembirakan. Setelah dipimpin Rudi, DPC Demokrat Kota Depok bergerak cepat. Partai yang semula tak diperhitungkan di kota penyangga Jakarta itu, berhasil masuk kembali dalam kompetisi dengan menjadi salah satu partai yang mengantarkan Idrus Abdul Shomad-Pradi Supriatna ke kursi Wali Kota dan Wakil Wali Kota Depok. Tak hanya itu, di bawah kepemimpinan Rudi, DPC Kota Depok didaulat sebagai DPC percontohan Partai Demokrat se-Indonesia.

DPC Partai Demokrat dari daerah lain berbondong-bondong melakukan studi banding. Mereka mempelajari banyak hal dari DPC Kota Depok. Mulai dari tata kelola kantor dan sistem administrasi, hingga strategi pengembangan kader. Hampir semua DPC yang melakukan studi banding mengapresiasi.

“Semua telah terstruktur dan memiliki SOP. Dan walau kantornya tidak terlalu besar, tetapi dibuat senyaman mungkin,” kata pengurus DPC Demokrat Kabupaten Tobasa Sumatera Utara, Boyke Pasaribu, saat studi banding di DPC Kota Depok, 4 Maret tahun lalu.

Semua yang melakukan studi banding juga mengakui bahwa kemajuan DPC Kota Depok tak bisa dilepaskan dari sosok Rudi.

“Bang Rudi ini merupakan bapaknya seluruh DPC Demokrat di seluruh Indonesia. Jadi tidak ayal jika pengalamannnya selama ini mampu membawa Depok memiliki sistem dan infrastruktur terbaik di Indonesia,” kata Kordinator Wilayah Partai Demokrat Sumatera Utara, Panti Silaban.

Mengubah Paradigma Diri

Rudi Kardarisman bukan orang baru di Partai Demokrat. Pria bernama lengkap Rudolfus YB Kadarisman itu sudah berkecimpung di partai ini sejak 2003. Berbagai jabatan, dari tingkat Pimpinan Anak Cabang (PAC) hingga DPP, sudah pernah ia raih. Tapi dari semua jabatan itu, tak ada yang lebih bermakna baginya ketimbang Plt. Ketua DPC Depok.

Tugas itu begitu bermakna karena Rudi menjadikannya sebagai titik balik paradigma orang lain terhadap dirinya.

“Itu pelampiasan untuk mengubah paradigma orang terhadap saya sebagai Pimpinan Satgas Rajawali. Yang semula dikenal cuma kekuatan, fisik. Dengan DPC Depok saya punya pembuktian di situ, bahwa saya mampu membuat suatu sistem. Itu kan butuh otak,” kata Rudi dalam kesempatan wawancara dengan redaksi nasionalisrelgius.com, belum lama ini.

Satgas Rajawali adalah lembaga yang dibentuk dengan tugas dan fungsi khusus, di antaranya pengamanan internal dan pengibaran panji-panji partai. Selain sebagai salah satu pendiri, Rudi juga cukup lama menjadi panglima satgas ini. Dari Satgas ini pula, berbagai jabatan yang diberikan kepadanya di DPP, tidak jauh dari bidang keamanan.

“Saya cinta sama Satgas. Saat Kongres Bandung, keamanan dipegang sama Pak Cornelis, masuk juga saya di situ. Habis Kongres saya masuk Polkam DPP. Terus habis KLB, saya diangkat jadi Sekretaris Departemen Anti Teroris. Dan sekarang, kepengurusan periode 2015-2020 di bawah pimpinan Pak SBY, saya jadi Ketua Divisi Keamanan Internal Partai,” katanya.

Karena sering ditempatkan di bidang keamanan, banyak orang mengira bahwa hanya di situlah kemampuan Rudi. Mereka tidak tahu bahwa sebelum masuk ke DPP, bersama Awing Asmawi, Rudi berhasil mendirikan dan membesarkan PAC Partai Demokrat Pondok Melati dan DPC Kota Bekasi. Keberhasilan ini tentu tidak semata ditentukan oleh kekuatan otot.

Sejak memutuskan masuk Partai Demokrat pada 2003, Rudi tak pernah meniatkan diri untuk menjadi pengurus bidang keamanan. Yang ia niatkan adalah menjadi pengaman partai dari keterpurukan.

Untuk menjadi pengaman dari keterpurukan, Rudi tak hanya butuh otot, tapi juga otak dan ongkos. Bagi Rudi, tiga kekuatan itulah yang menentukan sukses tidaknya menjalankan tugas partai. Dan dengan tiga kekuatan itu pula, Rudi berhasil mengamankan DPC Kota Depok dari keterpurukan.

“Otak itu strategi, otot itu kekuatan jaringan, ongkos itu dana. Tapi yang jadi perhatian saya adalah otak dan otot.”

Menjawab Tantangan SBY

Sebagai Ketua Umum Partai Demokrat, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) secara intens memantau perkembangan Partai Demokrat di seluruh penjuru negeri, termasuk DPC Kota Depok. Saat DPC Kota Depok di ambang keterpurukan, SBY menantang Rudi untuk menyelamatkan dan mengembalikan kejayaannya.

Menurut Rudi, tantangan itu disampaikan SBY di hadapan Sekretaris Jenderal Partai Demokrat Hinca IP Pandjaitan.

“Pak Hinca yang mendengar itu langsung diskusi dengan saya. Dia sekjen yang brilian. Makanya kalau boleh saya bilang, apa yang saya terapkan di Depok itu adalah pemikiran Bang Hinca. Bisa dikatakan, DPC Kota Depok adalah etalase pemikiran seorang Hinca Pandjaitan.”

Bagi Rudi, SBY bukan sekadar seorang ketua umum, tapi ia juga adalah panutan. Dan ketika sang panutan memberikan tantangan, maka ia adalah kesempatan untuk menunjukkan kekuatan terbaiknya. Yang dilakukan pertama untuk menjawab tantangan itu adalah konsolidasi. Rudi menguatkan ikatan emosional pengurus dan anggota. Setelah itu, ia ajak untuk berjuang bersama.

Rudi yakin, kalau ikatan emosional sudah kuat, akan dengan mudah menggerakkan DPC Kota Depok ke arah kemajuan. Ikatan emosional adalah jiwa yang menentukan segalanya. Bahkan, peradaban-peradaban yang maju, juga ditentukan oleh kuat tidaknya ikatan emosional di dalamnya.

“Memang perlu belajar. Pendekatan emosional saya pakai betul.”

Setelah ikatan emosional kuat, Rudi lalu membangun infrastruktur partai.

“Pertama saya buat kantor. Bagaimana mau maju kalau kantornya masih sewa. Dan Depok menjadi salah satu DPC yang menyerahkan sertifikat kantornya ke DPP. Sekarang, kantor itu hidup. Sistemnya jalan.”

Urusan kantor dan segala sistem administrasinya selesai, Rudi lalu merumuskan strategi pengembangan partai. Rudi sadar, di kota ini, partai yang paling berkuasa adalah PKS. Rudi tak segan mempelajari bagaimana PKS bisa besar di kota ini.

“Saya tahu PKS di Depok itu kuat karena jaringan. Maka saya bertekad, Demokrat akan membuat jaringan yang lebih besar. Maka saya membuat sistem di Depok sampai ke ‘cucu ranting’. Cucu ranting itu berarti sampai tingkat RT.”

Ikatan emosional yang kuat, kata Rudi, akan melipatgandakan kekuatan otak, otot, dan ongkos. Karena semua merasa sebagai saudara, ongkos dengan mudah didapatkan, otot atau jaringan bisa diperluas dengan efektif, dan dalam merumuskan strategi, ada banyak otak yang ikut memikirkannya. Jadi, kata Rudi, fondasi kemajuan DPC Kota Depok sebetulnya adalah kuatnya ikatan emosional.

“Bayangin anggota dewan, mereka kalau selesai rapat itu bisa ngelapin mejanya. Anggota dewan perempuan itu ngosekin kamar mandi, laki-lakinya nyapu ngepel. Tercipta sebuah emosi,” kata Rudi, menceritakan kuatnya ikatan emosional pengurus DPC Kota Depok.

“Setiap saya pergi, baik DPC maupun fraksi di Depok, mereka bilang, ‘Pak Ketua jangan lupa makan. Pak Ketua jangan lupa vitamin’. Meminta agar saya sehat. Dan tak pernah ada di partai dan DPC lain. Ikatannya begitu mendalam.”

Awalnya, Rudi mengaku sulit melakukan pendekatan kepada pengurus dan menciptakan ikatan emosional yang mendalam di antara mereka. Hal ini karena Rudi dikenal keras, sangar, dan identik dengan keamanan. Namun seiring perjalanan waktu, setelah dengan sabar melakukan komunikasi, image keras dan sangar itu akhirnya berubah.

“Maka orang bilang, saya ini‘badan Rambo hati Rinto, badan security hati HelloKitty’.”

Setelah ikatan emosional terbangun dengan kuat, sistem berjalan dengan baik, dan strategi dirumuskan dengan bagus, kini DPC Kota Depok didaulat sebagai DPC percontohan. DPC seluruh Indonesia berbondong-bondong melakukan studi banding. Semua itu, adalah jawaban Rudi terhadap tantangan sang panutan, SBY.

(Subairi Muzakki/cerobongasap.com)