Ferdinand Hutahaean (Twitter)

Oleh: Ferdinand Hutahaean

Tahun politik telah memasuki fase yang semakin keras dan ketat. Fase yang yang sangat mungkin menghalalkan yang tidak halal dalam politik.

Tahun 2019 telah di depan mata. Dalam hitungan yang tidak panjang lagi kita akan menyeberang memasuki tahun 2019, dimana peristiwa besar akan berlangsung dan akan menentukan masa depan bangsa ini ke depan.

Peristiwa demokrasi yang akan menentukan nasib masa depan anak cucu bangsa ini. Peristiwa yang akan sangat menentukan apakah para Ibu akan terus berkeluh kesah menyiapkan makanan bagi anak-anaknya dan keluarga di tengah mahalnya bahan makanan, peristiwa demokrasi yang akan menentukan apakah setiap laki-laki akan kesulitan mencari pekerjaan dan setiap bapak akan kewalahan memenuhi kebutuhan keluarganya? Moment politik yang akan menetukan, apakah kaum pengusaha akan dijadikan sapi perah atas tingginya pajak dan pungutan tanpa pembinaan dari pemerintah? Apakah hak rakyat dalam bentuk subsidi akan dirampas semua dan dialihkan ke beton yang hanya bisa dinikmati oleh kalangan berada, itulah jalan tol? Semua tergantung kewarasan publik yang merasakan langsung akibat hidupnya.

Empat tahun sudah pemerintahan Joko Widodo memerintah negara besar ini dengan cara-cara yang tidak besar. Negara diurus dengan cara-cara yang tidak sepatutnya dan seolah diurus dengan senda gurau semata. Akhirnya martabat bangsa hilang ditelan cerita-cerita yang dibuat hebat untuk menutupi ketidakhebatan pemerintah ini. Terlalu banyak peran kosong diperankan oleh Presiden hanya untuk menutupi ketidakmampuan. Terlalu banyak peran sandiwara diperankan presiden hanya untuk membangun sebuah cerita, ya.. cerita hebat yang menceritakan kehebatan semu penguasa yang sesungguhnya tidak hebat dan berbanding terbalik dengan fakta lapangan.

Di manakah kini kisah penurunan angka kemiskinan itu ketika tiba-tiba di Maluku muncul berita rakyat mati kelaparan karena bencana kelaparan? Di manakah kini cerita peningkatan kesejahteraan rakyat itu jika di pasar Ibu-ibu harus menjerit membeli telur dan daging ayam yang mahalnya hampir melampaui batas kemampuan daya beli rakyat? Di manakah kini cerita hebat penurunan ongkos distribusi karena jalan tol yang akan berdampak pada penurunan harga jika Ibu-ibu menahan pedih hati membayar 1 kg beras melampui penghasilan 1 hari suaminya? Di manakah semua cerita hebat itu kini? Semua hanya cerita dongeng yang meninabobokan masyarakat dengan lakon-lakon kosong bagai serial drama.

Masalah bangsa semakin bertumpuk dan menjadi bom waktu yang bisa meledak jika tidak segera dijinakkan. Begitulah gambaran nyata bangsa kita saat ini. Bom waktu kerusakan pengelolaan negara ini bisa meledak dan menghasilkan daya rusak yang sangat besar. BUMN terlilit hutang, APBN bertumpu hutang, sementara tidak ada solusi dari pemerintah dan Presiden Jokowi tidak berani mengambil kebijakan yang tidak popular terutama di Pertamina dan PLN.

Jokowi menahan harga, tanpa subsidi di APBN karena terlanjur mengejek kebijakan subsidi, akhirnya perusahaan Pertamina dan PLN yang menanggung secara langsung, akibatnya BUMN ini terancam berdarah-darah dan rugi.

Inikah seorang pemimpin? Menanam banyak bom waktu atas kesalahan pengelolaan negara yang berpotensi menghacurkan dan merusak tatanan sosial berbangsa dan bernegara? Tidak elok jika hanya karena ingin berkuasa apalagi mau 2 periode, semua dikorbankan termasuk masa depan bangsa dan masa depan anak cucu bangsa ini.

Sekarang saatnya memperbaiki bangsa Indonesia dari kerusakan, memperbaiki Indonesia dari ketidakmampuan mengelola negara oleh pemerintah. Kegagalan in harus diakhiri sebelum bangsa ini terjatuh ke jurang krisis yang dalam.

Sudah saatnya kita persiapkan diri memilih pemimpin baru 2019 nanti. Semua ini tujuannya bukan untuk kekuasaan, tapi demi masa depan Indonesia, masa depan anak cucu bangsa. Mempertahankan yang sudah terbukti gagal, hanya akan membawa bangsa ini ke dalam kerusakan yang lebih dalam. Lebih baik memilih pemimpin baru karena membawa harapan baru daripada mempertahankan yang lama dan sudah gagal.

Salam, #2019GantiPresiden

Jakarta, 25 Juli 2018