Oleh: Boyke Novrizon*)
Tujuh Puluh Satu (71) tahun lalu, kita diingatkan oleh sebuah sejarah Republik yang sangat bermakna. Sejarah akan panasnya bara api perlawanan.
Kota Bandung terbakar membara. Ini merupakan bagian dari bentuk protes serta perlawanan rakyat Pasundan terhadap kaum imperealis Sekutu dan NICA yang ingin menguasai Kota Bandung secara Utuh.
Tepatnya pada 24 Maret 1946, belum setahun usia Republik merdeka dari penjajahan Belanda dan imprealis Jepang, munculah bentuk penjajahan baru. Inggris dengan kekuatan sekutunya serta NICA mulai melakukan perampasan hak tinggal rakyat Kota Bandung secara paksa dan kejam. Mereka (rakyat) diusir dan harus meninggalkan tanah kelahiran mereka tanpa syarat. Lebih mencengangkan lagi, Sekutu juga mengultimatum agar TRI (Tentara Rakyat Indonesia) harus meninggalkan Kota Bandung dengan alasan demi keamanan masyarakat Kota Bandung.
Mendadak Bandung menjadi lautan api … Bandung menjadi lautan emosi dan perlawanan 200.000 putra-putri Pasundan yang tidak bisa menerima perlakuan kaum Imperealis. Mereka dengan gagah berani mengangkat senjata menyatakan perlawanan dan perang serta melakukan “Operasi Bumi Hangus Kota Bandung” selama 7 jam.
Bandung panas membara menjadi arang, bersamaan dengan gugurnya 2 pahlawan Kota Bandung, yaitu Muhammmad Toha dan Ramdan yang berhasil membumihanguskan gudang amunisi dan senjata tentara Sekutu serta NICA.
Jiwa Pemimpin dan Pengabdian Muhammad Toha sebagai rakyat yang cinta terhadap tanah airnya sudah tampak di usia relatif sangat muda. Di usia 19 tahun, ia telah bergabung dalam barisan para pejuang yang disebut Barisan Rakyat Indonesia (BRI) yang akhirnya melebur menjadi Barisan Banteng Republik Indonesia (BBRI) dan diangkat menjadi Komandan Seksi Penggempuran Penjajah Sekutu dan NICA di Kota Bandung.
Bandung telah ditakdirkan oleh Sang Kuasa menjadi Kota Para Pahlawan dan Kota Para Pemimpin. Apakah jarak waktu 71 tahun silam dan Jejak serta marwah Komandan Muhammad Toha bisa menjadi “inspirasi” kaum muda di era ini? Apakah pahlawan bangsa ataupun pemimpin besar Republik Ini muncul dan Tterlahir dari Kota Lautan Api, Bumi Tanah Pasundan, Tanah Para Pejuang-Pahlawan dan Tanah Para Pemimpin?
Yang pasti, Sang Fajar telah terlahir dari Bumi dan Langit Pasundan. Kini ia telah menjelma menjadi sosok pemuda yang memiliki Jiwa kepemimpinan, pemuda yang memiliki rasa empati besar serta tanggung jawab atas negara dan rakyatnya.
Agus Harimurti Yudhoyono atau AHY, terlahir 39 tahun silam, Kamis 10 Agustus 1978. Tepatnya di bumi Langit Pasundan, tanah para pahlawan, pejuang dan pemimpin.
*)Wakil Ketua Komisi Pemenangan Pemilu DPP Partai Demokrat