Sekretaris Jenderal Partai Demokrat Dr Hinca Pandjaitan XIII memberi arahan pada kader saat membuka Workshop Bimbingan Teknis Divisi Diklat DPP-PD. Pembukaan digelar di Auditorium DPP-PD, Wisma Proklamasi 41, Pegangsaan, Menteng, Jakarta Pusat, Kamis malam (20/4/2017). (Foto: MCPD/OmarTara)

Oleh: Ferdinand Hutahaean*)

Adakah kata yang lebih membanggakan dalam panggung politik bagi kita selain mengatakan SAYA DEMOKRAT?!

Jika ada kader yang tidak bangga berkata SAYA DEMOKRAT! Tentu ada yang salah dengan keberadaan kita di rumah perjuangan bernama Partai Demokrat ini.

“Kita perlu lagi merenungi tentang apa yang sudah kita perbuat untuk Partai ini dan apa yang sudah diperbuat Partai ini untuk kita. Namun sebagai anak dari seorang ibu, maka yang paling sepatutnya kita tanyakan adalah apa yang telah kita lakukan untuk Partai ini, karena Ibu dari seorang Politisi adalah Partai Politik. Hal yang tidak terbantahkan. Lantas patutkah kita akan mempertanyakan apa yang telah dilakukan searing ibu kepada anaknya?

“Surga di telapak kaki Ibu. Kesuksesan seorang Politisi ada karena Partai Politik. Partai menjadi besar adalah karena kader, dan kader besar adalah karena Partai!”

Begitulah pernyataan Sekjen Partai Demokrat Hinca Pandjaitan saat pembukaan resmi Bimbingan Teknis Anggota DPRD FPD seluruh Indonesia Gelombang V, Angkatan 13, 14, 15 di Wisma Proklamasi, Kantor DPP Partai Demokrat, malam ini, 20 April 2017.

Partai Demokrat adalah Partai Besar yang menjadi Rumah Perjuangan demi pengabdian bagi bangsa dan negara. Partai ini didirikan untuk menjaga Merah Putih di setiap jengkal wilayah Negara Kesatuan  Republik Indonesia.

Cobalah menghayati dengan penuh hikmah tentang syair Mars Demokrat yang selalu kita nyanyikan dengan lantang di setiap acara Partai. Syair dan irama  lagu tersebut mengalir deras di urat nadi dan meresap kedalam darah yang mengalir. Adakah lidah yang berani membantah tentang uraian tersebut?

Saya yakin bahwa yang saya rasakan pasti juga dirasakan oleh seluruh para kader Demokrat. Ada semangat, ada nyali bertempur, ada dorongan untuk siap dalam segala kondisi, dan satu hal yang paling besar diantaranya, Mars Demokrat tersebut adalah energi yang membakar semangat berjuang.

Lantas dengan demikian, adakah kita berani menyatakan malu sebagai Demokrat? Jika masih ada kader yang mau berkata malu sebagai Demokrat, maka sudah selayaknya anda pergi meninggalkan rumah perjuangan ini, rumah para pejuang ini, rumah para politisi dan rumah para negarawan ini. Karena Demokrat hanya butuh yang bangga menjadi Demokrat.

“Partai ini Partai Besar yang punya cita-cita besar. Dan cita-cita besar itu hanya akan terwujud oleh jiwa-jiwa besar dan insan-insan besar yang bangga menjadi Demokrat. Katakan kepada seluruh nusantara dan dunia, SAYA DEMOKRAT…!”

Satu-satunya cinta yang sungguh aku percaya adalah cinta seorang ibu kepada anaknya. Dan cinta partai ini kepada kadernya tidak ada yang boleh meragukan. Dengan cinta yang besar itu, masihkan kita tidak bangga menyatakan SAYA DEMOKRAT…?!

“Kita mau jadi siapa di partai ini? Mau jadi Malin Kundang terhadap Ibu atau ingin seperti kisah Naga Bonar kepada Ibunya?”

Doaku bahwa semua anggota DPRD FPD akan memilih menjadi Naga Bonar dengan kisahnya menggendong Ibu meski dalam suasana perang.

Pertanyaannya, maukah kita menggendong Ibu setelah ibu menjadikan kita orang sukses dan menjadi Anggota DPR dan DPRD? Maukah kita menggendong bangsa ini setelah bangsa ini memberikan ruang dan waktu bagi kita untuk meraih kesuksesan?

Jawaban ada di hati kita masing-masing, karena saya tidak ingin memaksa untuk memilih sebuah sikap.

Akhir kata saya ingin mengajak kita semua untuk menjadi bangga menyatakan “SAYA DEMOKRAT!”

Jakarta, 20 April 2017

*)Komunikator Politik Partai Demokrat