Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), Ibu Ani Yudhoyono dan hadirin mendoakan para korban jatuhnya pesawat Lion Air sebelum berdialog dengan masyarakat Ballroom Hotel Kresna Wonosobo, Senin (29/10/2018). (Foto: DPP-PD)

Wonosobo: Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) memenuhi undangan Meet the People, Senin (29/10/2018). Acara tersebut berlangsung di Ballroom Hotel Kresna Wonosobo. SBY didampingi Ani Yudhoyono tiba di lokasi acara pukul 10.00 WIB.

Adapun jumlah audience yang hadir lebih 700 orang. Diantara yang hadir, antara lain tokoh masyarakat, para kiyai/ulama, dan masyarakat umum lainnya. Hadir juga Caleg DPR RI, DPRD Provinsi dan Kabupaten/Kota dari Partai Demokrat.

Mendengar kabar tentang musibah pesawat Lion Air hari ini, sebelum sambutannya, SBY menyampaikan turut berbelasungkawa dan meminta tokoh agama yang hadir untuk memimpin para hadirin untuk berdoa bagi saudara-saudara kita yang tertimpa musibah.

Dalam sambutannya, SBY menyampaikan banyak terimakasih kepada seluruh elemen masyarakat hadir dalam pertemuan tersebut.

SBY juga menceritakan kisah pertemuannya dengan ibu Ani Yudhoyono. SBY mengaku, Wonosobo adalah lokasi wisata pertamanya saat pertama kali penjajakan mengenal Ani Yudhoyono dan keluarga besar Alm Sarwo Edhie Wibowo.

“Cinta bersemi berawal dari Wonosobo”, kata SBY sembari diikuti gemuruh tepuk tangan audience yang hadir.

SBY dalam kesempatan itu mengingatkan para caleg PD untuk tidak banyak berjanji.

“Jangan banyak janji-janji, tidak itu yang dibutuhkan rakyat, rakyat itu cuma butuh bukti, Stop Berjanji, Giliran Rakyat Bicara. Dengarkan!” kata SBY.

SBY mencontohkan, pada 10 tahun masa jabatannya ia tidak mau banyak berjanji.

“Saya tidak berjanji yang muluk-muluk, tapi berkat pertolongan Allah SWT, banyak program yang dapat diselesaikan, hutang IMF dapat dilunasi, program pro rakyat dapat berjalan dengan baik dan dirasakan manfaatnya oleh rakyat”, kata SBY.

Ketika sesi mendengarkan aspirasi rakyat, salah seorang petani Wonosobo yang bernama Suraji mengeluhkan nasib petani kelapa. Menurutnya, penurunan harga jual kelapa dari yang dulunya saat era SBY mencapai Rp. 2.500 – Rp. 5.000 menjadi kini sekitar Rp. 700 – Rp. 800 membuat para petani kelapa kewalahan.

Menurut SBY, ada dua kemungkinan terkait hal itu. Pertama, kemungkinan masyarakat kita sudah tidak lagi menggunakan kelapa, kedua akibat daya beli masyarakat yang menurun.

“Apapun penyebabnya, pemerintah harus bisa menjelaskan dan berikan solusi,” kata SBY.

(Rilis/dik)