Pekanbaru: Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) berenung, bertafakur, dan memohon petunjuk pada Allah SWT, apakah ia harus melibatkan diri dalam “peperangan” frontal di Pilpres 2019.
Tafakur yang dilakukan SBY menyusul terjadinya perusakan bendera dan atribut Demokrat serta ucapan selamat datang pada SBY di Bumi Riau.
SBY telah mendapatkan evidence atau bukti baru; bukti lain yang makin menjelaskan pihak mana, siapa-siapa yang mengarsiteki dan mengarahkan dilakukannya tindakan yang sangat tidak terpuji ini.
SBY akan melanjutkan kasus ini karena bagi SBY kebenaran dan keadilan harus terang di bumi Riau yang kita cintai.
“Saya ini bukan capres. Saya tidak berkompetisi dengan Pak Jokowi. Kompetisinya antara Pak Prabowo dan Pak Jokowi. It is not my war. It is not my competition. Bukan. Tetapi mengapa justru saya dan Demokrat yang diserang. Yang dihancurkan seperti ini. Sekali lagi ini bukan perang saya. Mengapa saya dibeginikan?” Ujar SBY saat diwawancarai wartawan di Pekanbaru, Riau, Sabtu (15/12).
SBY kemudian teringat sejarah Perang Dunia ke-2. Saat itu, sebetulnya Amerika Serikat tidak mau ikut berperang.
“Yang ada pihak-pihak di Asia maupun Eropa. Tidak melibatkan Amerika Serikat,” SBY mengisahkan.
Tiba-tiba Pearl Harbor, Hawaii, Minggu pagi, 7 Desember 1941, diserang habis. Amerika Serikat bangun karena diserang dan diusik. Dan akhirnya segalanya menjadi sejarah, seperti apa akhir Perang Dunia ke-2.
(Didik)