Jakarta: Presiden RI ke-6, yang juga Ketua Umum Partai Demokrat,
Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mengatakan Globalisme (dulu internasionalisme) dan nasionalisme tak perlu dipertentangkan karena keduanya bisa akur dan berdampingan.
Nasionalisme, kata SBY, perlu diartikan sebagai “cinta bangsa”. Setiap bangsa tentu punya “rasa, semangat, dan wawasan kebangsaannya” masing-masing.
Pernyataan di atas disampaikan SBY melalui akun Twitter pribadinya @SBYudhoyono, Rabu siang (14/11/2018).
Berikut pernyataan SBY selengkapnya:
Menarik mengikuti “serang-menyerang” antara pemimpin Negara Barat tentang “nasionalisme”, utamanya Trump (AS) lawan Macron (Perancis) *SBY*
Yang satu utamakan “nasionalisme & patriotisme” ketimbang “globalisme”. Yang lain kedepankan “globalisme” & kecam “nasionalisme” *SBY*
Negara Barat definisikan sendiri apa itu “nasionalisme”, yang dinilai tak baik. Sementara negara Non-Barat, termasuk Indonesia, punya definisi lain *SBY*
Saya berpendapat keduanya tak perlu dipertentangkan. Globalisme (dulu internasionalisme) & nasionalisme bisa akur & berdampingan *SBY*
Nasionalisme perlu diartikan sebagai “cinta bangsa”. Setiap bangsa tentu punya “rasa, semangat, & wawasan kebangsaannya” masing-masing *SBY*
Andaikata kini negara-negara hidup dalam “perkampungan global” (global village), tetap saja miliki rumah sendiri. Rumah itulah “kebangsaannya” *SBY*
Tak salah jika ada yang katakan “kepentingan bangsalah” yang harus diutamakan, sepanjang tidak merugikan & memusuhi bangsa lain *SBY*
Saya setuju dengan pandangan Bung Karno ~ hakikatnya nasionalisme & internasionalisme miliki hubungan positif & tak harus bermusuhan *SBY*
Yang penting kita tak anut “narrow nationalism” yang tak peduli terhadap kepentingan bersama (shared interests) bagi dunia yang damai, adil, & sejahtera *SBY*
Partai Demokrat (yang saya gagas & dirikan) berpaham “Nasionalis-Religius” ~ “partai kebangsaan yang ber-Ketuhanan”, menuju Indonesia Maju *SBY*
(Didik)