Oleh: Willem Wandik S.Sos

(Anggota DPR RI Fraksi PD Dapil Papua; Wakil Ketua Umum Partai Demokrat)

Dalam memperingati Hari Ulang Tahun ke-19 Partai Demokrat dan sekaligus memperingati hari jadi ke-71 Penggagas dan Pendiri (Founder) Partai Demokrat Presiden RI ke-6 Bapak Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), seluruh kader dan simpatisan Partai Demokrat se-Indonesia, tengah bersiap-siap melaksanakan kegiatan napak tilas berdirinya Rumah Pergerakan Partai Politik yang lahir pada 9 September 2001 silam.

SBY dan Demokrat, telah menjadi “simbol semiotik” pergerakan politik garis tengah, tidak ekstrem kanan, tidak pula ekstrem kiri. Sehingga di dalam struktur pergerakan Partai Demokrat, kelompok nasionalis maupun kelompok agamis/religius, dapat hidup berdampingan, sejalan dalam konsepsi dan cita-cita politik, untuk mencapai tujuan berdirinya negara (Berketuhanan, Berkeadilan, Persatuan, Permusyawaratan/Demokratis, dan Sejahtera).

Semangat cita-cita “demokrat” yang didirikan pada 9 September 2001 silam, melalui pendirian partai politik, tidak sekadar menjadi simbol semiotik semata, melainkan dibuktikan dalam praktek bernegara selama Partai Demokrat menjadi “ruling party”; partai penguasa, selama Presiden RI SBY memimpin republik ini dalam periodisasi 10 tahun.

Bapak SBY dan visi demokrat yang menjadi manifesto perjuangan politik Partai Demokrat, mampu memimpin negara selama periode 2004-2014, tanpa gejolak politik yang ekstrem, dan tidak pernah memicu keterbelahan di masyarakat (di masa Bapak SBY berkuasa, rakyat di akar rumput tidak pernah terlibat dalam konflik horizontal, yang melibatkan para elite politik penguasa).

Demokrasi di masa Bapak SBY berkuasa tumbuh semakin baik, ruang-ruang berekspresi baik insan pers/media maupun kelompok social action, bahkan kelompok oposisi pemerintah memperoleh kebebasan dalam mengekspresikan pendapat/pikiran maupun sikap politiknya terhadap kekuasaan pemerintah tanpa mengalami krimininalisasi.

Pada masa Bapak SBY dan Demokrat berkuasa, tidak ada satu pun kelompok yang menyatakan pikiran dan pendapat yang berbeda dengan pemerintah dikriminalisasi sebagai kelompok makar.

Dalam aspek kehidupan ekonomi, pada masa Bapak SBY dan Demokrat berkuasa, pertumbuhan ekonomi rata-rata konsisten di atas 6 – 6,5%. PDB Indonesia pada awal Bapak SBY mengambil alih estafet kepemimpinan nasional (melalui Pemilu 2004) pertumbuhan PDB Indonesia hanya Rp1.786,7 triliun tetapi pada akhir masa jabatan Presiden SBY (tahun 2014) nilai PDB Indonesia mencapai Rp10.542,7 triliun. Meningkat sebesar 490% selama 10 tahun masa kepemimpinannya.

Selain itu prestasi lainnya yang patut untuk dibanggakan, beban utang Indonesia ke IMF (Dana Moneter Internasional) yang mencapai 9,1 miliar Dolar AS, yang pernah membebani pemerintahan di era Orde Baru (dan menjadi salah satu sumber krisis di tahun 1998) berhasil dilunasi oleh Pemerintahan Bapak SBY di tahun 2006 (tepatnya 2 tahun setelah Presiden SBY memimpin Indonesia). Prestasi tersebut terbilang cepat karena empat tahun lebih cepat dari jadwal pelunasan utang yang diberikan oleh IMF kepada Indonesia.

Masih banyak lagi prestasi Bapak SBY dan juga Partai Demokrat, di sepanjang memimpin negara selama 10 tahun (2004-2014) yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu.

Prestasi yang terkristalisasi dalam sejarah serta ditulis dengan tinta emas (prestasi dan dedikasi tulus yang dirasakan langsung oleh rakyat) sehingga dikenang oleh rakyat di seluruh Indonesia. Tentu termasuk kami selaku representasi politik dari Tanah Papua, yang saat ini diberi kesempatan oleh Ketua Umum (Ketum) Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dan seluruh kader Demokrat di Indonesia, untuk mendampinginya selama masa estafet kepemimpinan Partai Demokrat hingga tahun 2025.

Partai Demokrat di hari jadi ke-19 tahun, telah menjadi partai politik mapan, memiliki jaringan kader yang mengakar hingga ke pelosok Nusantara. Founder Demokrat, Bapak SBY telah pula menyerahkan estafet kepemimpinan partai yang besar ini kepada generasi muda penerus perjuangan visi Demokrat yakni Ketum AHY.

Saatnya, menyambut tantangan politik dan kehidupan nasional, di era “disruption”. Sebagaimana kita ketahui bersama, tantangan kehidupan bernegara di tahun 2020, begitu terjal. Partai politik maupun para delegasi parpol di parlemen tengah dihadapkan pada tantangan resesi ekonomi, krisis kepercayaan rakyat kepada negara, merosotnya kehidupan demokrasi, terbelenggunya kebebasan dan kemerdekaan berekspresi rakyat, reformasi telah ditinggalkan, hukum menjadi alat bagi kekuasaan, human rights dibatasi pada kepentingan sekadar menyokong kekuasaan, ancaman perang kawasan (Laut China Selatan) dan juga ketegangan antar-bangsa/negara yang semakin tidak terkendali; menuju ancaman perang dunia ketiga.

Pada akhirnya, kita semua sebagai kader Partai Demokrat, dituntut untuk setia pada nilai-nilai perjuangan nasional, melalui konsolidasi kekuatan Partai Demokrat, dan apa yang dapat kita kontribusikan bagi upaya penyelamatan kepentingan rakyat dan masa depan visi bernegara. Sehingga kita bisa mencapai kehidupan yang demokratis, berkeadilan, memiliki penghormatan terhadap human rights, pengakuan terhadap hak-hak sipil, mewujudkan kesejahteraan bagi seluruh anak bangsa, dan menjalankan instrumen kekuasaan semata mata untuk kepentingan rakyat.

Wa Wa