Presiden ke-6 Indonesia yang juga Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) ditemani Komandan Kogasma Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) memilih meninggalkan acara deklarasi damai Pemilu 2019 karena pendukung capres Jokowi dan cawapres Ma’ruf Amin melanggar aturan. (screenshot video Redi Susilo)

Jakarta: Presiden ke-6 Indonesia yang juga Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) memilih meninggalkan acara deklarasi damai.

Hal ini dikarenakan massa pendukung capres Jokowi dan cawapres Ma’ruf Amin melanggar aturan membawa bendera partai dan atribut partai pendukung pasangan capres-cawapres nomor urut 1 ini.

SBY sempat mengikuti karnaval jalan kaki. KPU, Bawaslu, DKPP, dan seluruh peserta pemilu 2019 turut dalam pawai. Namun, Ketua Umum Demokrat itu tiba lebih awal di halaman Monas, Minggu pagi (23/9).

“Pak Hinca, ini panitia bukan. Kami tertib , tapi mereka melanggar semua. Demokrasi tertib sesuai aturan tapi sudah berkampanye,” ujar SBY.

Kadiv Advokasi dan Bantuan Hukum Partai Demokrat Ferdinand Hutahaean mengatakan sesuai ketentuan semua partai dilarang membawa alat peraga kampanye. Namun pendukung Jokowi dan Ma’ruf Amin telah melakukan kampanye awal.

“Kami mengikuti aturan, ketika rombongan kami bersama SBY melintas, kami mendapat teriakan dari sebelah kanan kami melihat bendera ‘Projo’ ini kami anggap ketidakadilan dalam deklarasi kampanye damai,” beber Ferdinand Hutahaean.

SBY menyatakan protes dan meninggalkan acara lebih awal karena edaran tidak boleh membawa alat peraga kampanye karena semua disediakan oleh KPU.

“Kami mengikuti aturan itu, ternyata mereka tidak mengikuti aturan itu. Kami merasakan terjebak dalam euforia permainan sekelompok Pak Jokowi,” ungkap Ferdinand.

(INDOPOS.CO.ID/dik)