Namanya unik: Ko Marhaen Agus Revolusi H. Nama populernya Agus Revolusi. Nama itu diberikan orangtuanya yang mengagumi Marhaenisme, ideologi menentang penindasan manusia atas manusia dan bangsa atas bangsa. Ideologi yang dikembangkan Presiden RI Pertama Ir. Soekarno
Lebih unik lagi, si Marhaen adalah pengagum Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Sosok yang menggagas dan mendirikan Partai Demokrat. Partai berasaskan Pancasila. Partai berideologi nasionalis religius. Kekaguman yang total karena Agus menjadi kader Partai Demokrat, terutama karena sosok SBY.
Agus Revolusi lahir di Tanjung Karang, 17 Agustus 1967. Ia adalah Anggota DPRD Provinsi Lampung periode 2014-2019, dari Fraksi Partai Demokrat. Ia peraih suara terbanyak di Dapil Lampung 2 (Kab. Lampung Selatan). Di struktur partai, ia menjadi Wakil Sekretaris Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Partai Demokrat Lampung.
Saat itu Maghrib baru lewat. Kami berbincang di sebuah kafe, di Grand Sahid Jaya, Jakarta. Almanak menunjukkan tanggal 26 September 2017. Agus Revolusi masih tampak lelah. Seharian ia mengikuti agenda Demokrat yang puncaknya mendengarkan arahan SBY.
Sembari menikmati teh lemon, Agus bercerita pada saya. Awal kekaguman pada SBY bermula dari kekagumannya pada alm Letjen TNI (Purn) Sarwo Edhie Wibowo (mertua SBY). Bagi Agus, Sarwo Edhie adalah patriot sejati. Saat masih menjadi Komandan RPKAD, Sarwo Edhie adalah perwira yang berdiri terdepan menghabisi pemberontakan PKI. Ironis, karena jasa-jasanya tak lantas membuat Sarwo Edhie berkarier cemerlang. Selepas dari mengomandani RPKAD, kariernya hanya berputar dari Pangdam Bukit Barisan, Pangdam Cenderawasih, Gubernur Akabri (kini Akmil), Duta Besar di Korea Selatan, Inspektur Jenderal Departemen Luar Negeri, kepala BP7, dan terakhir Sarwo Edhie mengundurkan diri dari DPR, hingga wafat pada 9 November 1989.
Tetapi Agus memang tidak melihat catatan formil seorang tokoh. Baginya sejarah telah mencatat prestasi Sarwo Edhie. Tak menjadi penting lagi jabatan yang dimiliki Sarwo Edhie karena rakyat juga memiliki catatan tersendiri atas prestasinya.
Kekaguman itu pula yang membuat Agus lantas mencoba masuk Akademi Militer TNI. Sayang, ia gagal pada Tes Pantukhir (Pemantauan Akhir) di Magelang.
Agus tak putus asa. Ia lantas kuliah di Fakultas Ilmu Politik Universitas Bandar Lampung, satu perguruan tinggi swasta terbesar di Provinsi Lampung. Di kampus itulah ia mulai mengenal dunia aktivis hingga akhirnya ikut berperan dalam Reformasi 98 dan menjadi pengagum SBY.
Dalam masa awal Reformasi, nama SBY sangat dikenal para aktivis. Agus pun paham benar bahwa SBY adalah seorang calon pemimpin nasional bangsa ini. Ia mengikuti dengan cermat perjalanan SBY, peraih Adhi Makayasa (lulusan terbaik Akabri, kini Akmil) 1973. SBY adalah Ketua Fraksi ABRI MPR dalam Sidang Istimewa MPR 1998. Pada 29 Oktober 1999, ia diangkat sebagai Menteri Pertambangan dan Energi di pemerintahan pimpinan Presiden keempat Abdurrahman Wahid atau Gus Dur. Pada 26 Oktober 1999, ia dilantik menjadi Menteri Koordinator Politik, Sosial, dan Keamanan (Menko Polsoskam).
Pasca jatuhnya Gus Dur, Presiden kelima Megawati Soekarnoputri melantik SBY sebagai Menteri Koordinator Bidang Politik dan Keamanan (Menko Polkam) pada 10 Agustus 2001. Merasa tidak dipercaya lagi oleh Megawati, jabatan Menko Polkam ditinggalkan SBY pada 11 Maret 2004. SBY kemudian membesarkan Partai Demokrat yang ia dirikan pada 9 September 2001. Melalui Partai Demokrat, SBY terpilih sebagai Presiden RI ke-6 selama dua periode (2004-2009 dan 2009-2014).
“Saya mengikuti perjalanan Pak SBY dengan cermat sejak awal Reformasi 1998. Saya tahu Pak SBY adalah sosok yang cerdas, intelektual berwawasan dunia, sosok yang mengedepankan ekonomi kerakyatan dengan program-program pro-rakyat. Pak SBY tampak sangat mencintai bangsa ini. Itu alasan saya masuk ke Partai Demokrat. Prediksi saya tidak salah. Pak SBY, yang bergelar profesor, adalah ahli strategi pembangunan. Ia mampu memimpin bangsa ini dalam satu dekade, sepuluh tahun, dengan stabilitas ekonomi, hukum, politik, keamanan, dan demokrasi,” Agus mengisahkan.
Keberpihakan seorang pemimpin pada rakyat adalah hal teramat penting bagi Agus. Itu disebabkan Agus, sejak kuliah, telah menjadi aktivis di bidang agraria. Ia aktif mengadvokasi masyarakat melalui LBH Bandar Lampung. Agus yang alumnus S1 dan S2 (Hukum Tata Negara) Universitas Bandar Lampung bahkan ikut mendirikan Dewan Rakyat Lampung untuk semakin menguatkan pembelaannya terhadap masyarakat. Baginya menjadi patriot tidak harus dari profesi militer, tetapi juga profesi lain, Terpenting berjuang penuh untuk kesejahteraan rakyat.
Isu-isu agraria menjadi hal penting untuk Agus. Rakyat harus diupayakan memiliki tempat tinggal (papan) karena itu adalah kebutuhan primer; selain pangan dan sandang. Tanah adalah jiwa bagi bangsa ini. Karenanya, ia menyambut baik ketika pada 11 April 2006 terbit Peraturan Presiden Nomor 10 Tahun 2006 tentang Badan Pertanahan Nasional. Lewat Perpres itu tugas BPN semakin luas, antara lain: Pengaturan dan penetapan hak-hak atas tanah; pelaksanaan penatagunaan tanah, reformasi agraria dan penataan wilayah-wilayah khusus. Pada 17 Oktober 2014, menjelang akhir jabatan SBY sebagai Kepala Negara, terbitlah Peraturan Bersama 4 Menteri yang memperjelas hak-hak masyarakat di kawasan hutan dan adanya kawasan hutan yang berkekuatan hukum kuat.
Perhatian SBY pada persoalan papan masyarakat itu membuat Agus semakin mengagumi SBY. Bagi Agus, manusia hidup jika punya tanah. Tanah bagian dari masyarakat.
Tidak hanya soal pertanahan, SBY juga sosok yang programnya sangat pro-rakyat seperti Program Keluarga Harapan (PKH), Program Bantuan Siswa Miskin (BSM), Bantuan Operasional Sekolah (BOS), Program Jaminan Kesehatan Masyarakat, Program Beras untuk Keluarga Miskin (Raskin)…
Pada 2006, Agus masuk sebagai kader Partai Demokrat. Ia ditunjuk sebagai Wakil Ketua DPD-PD Lampung di Bidang Tani, Nelayan dan Buruh. Pada 2015, ia ditunjuk Ridho Ficardo (Ketua DPD-PD Lampung) sebagai Wakil Sekretaris DPD-PD Lampung. Tak lama, ia ditunjuk pula sebagai Plt Ketua Demokrat Lampung Selatan.
“Mungkin Pak Ridho menunjuk saya sebagai Plt Ketua DPC-PD Lampung Selatan karena asal dan dapil saya juga dari Lampung Selatan. Kapabilitas saya memang ada di Lampung Selatan,” ujar Agus.
Saat ditanya kiatnya hingga terpilih sebagai Anggota DPRD Lampung dengan suara terbanyak di Lampung Selatan (Dapil 2 Lampung), Agus mengatakan, tidak ada yang instan dalam politik. Ia telah berinvestasi di dunia politik sejak duduk di bangku kuliah dengan aktif mengadvokasi masyarakat.
Perjuangan Agus itu ternyata tak pernah dilupakan rakyat. Mereka merasa berterimakasih dan membalasnya dengan memilih Agus saat Pemilu 2014.
Tentu Agus juga melakukan pendekatan hati ke hati dengan masyarakat. Selain itu, ia mengaktifkan jaringan yang telah ia bangun sejak mahasiswa, terutama Dewan Rakyat Lampung: lembaga yang memperjuangkan hak sipil dan politik masyarakat.
“Dewan Rakyat Lampung berdiri tahun 1998. Dewan ini masih berdiri hingga sekarang. Saat ini, Dewan Rakyat Lampung banyak melakukan kajian atau analisis dengan melibatkan dosen-dosen prodemokrasi,” Agus mengisahkan.
Agus berharap, kader Demokrat terus melakukan beragam kajian dan analisis hingga lahir kader-kader yang andal. Saat ini ia tengah memperkuat kaderisasi dengan terus melaksanakan konsolidasi kader. Apalagi Pilkada Lampung 2018 segera tiba. Bagi Agus, seluruh kader harus bisa memaksimalkan diri untuk kembali memenangkan M Ridho Ficardo sebagai Gubernur Lampung periode kedua.
“Ini adalah harga diri bagi kader Demokrat Lampung. Ridho Ficardo harus kembali menjadi Gubernur Lampung,” ujar Agus yang memprediksi bakal ada tiga pasang calon di Pilkada Lampung 2018.
Terkait kaderisasi, Agus mengatakan, ia telah berbincang dengan para pakar kader utama Demokrat dan ilmuwan nasional agar mau membantu meningkatkan mutu para kader. Beberapa diantaranya adalah pakar filsafat Rocky Gerung, Wakil Sekjen Demokrat Rachkand Nashidik, Andi Arief (Mantan Staf Khusus SBY di KIB II) dan Robertus Robert (sosiolog dari Universitas Negeri Jakarta).
“Saya berharap mereka mau membantu. Saya serius membangun kader, terutama di Lampung Selatan,” ujar Agus di akhir perbincangan, sembari kembali berpesan agar nama-nama yang ia sebutkan berkenan membantu.
(didik l pambudi)