Jakarta: Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) bersilaturahmi ke kantor Pengurus Besar Nadhatul Ulama (PBNU), Kamis (25/6) siang di Jl. Kramat Raya no. 164, Jakarta Pusat. AHY disambut Ketua Umum PBNU KH. Said Aqil Siroj.
Kepada awak media yang hadir, AHY menjelaskan maksud dari pertemuannya yang berlangsung secara tertutup.
“Kami tadi berbincang-bincang tentang berbagai hal, dari apa yang terjadi di dunia hari ini, lalu dampaknya terhadap Indonesia di masa pandemi dan kemudian juga tadi berbicara tentang aspek kebangsaan lainya,” jelas AHY.
“Yang jelas banyak sekali kemiripan antara NU dan PD. Kami melihat NU selalu menjadi garda terdepan dalam memperjuangkan umat Islam di Indonesia ini, tentu dengan ideologi yang jelas dan diterima oleh semuanya berada di tengah secara moderat. Sedangkan dalam aspek politik, Partai Demokrat adalah partai yang juga berada di tengah yang ingin merangkul semua. Itulah kenapa kami memiliki landasan nasionalisme dan religius,” lanjutnya.
AHY berharap kebersamaan antara PD dan NU dapat terus berlanjut, karena baginya, PD dan NU memiliki tujuan besar yang sama, yaitu untuk NKRI dan memperjuangkan kelestarian agama Islam dan budaya Indonesia yang tidak tercabut dari akarnya.
“Kami melihat bahwa tantangan ke depan tidak semakin mudah hanya dengan kerja sama, kolaborasi dan sinergi semacam ini. Mudah-mudahan dengan adanya hubungan antara partai politik, civil society dan elemen bangsa lainnya, kita semua bisa dapat berperan untuk menjaga negara Indonesia,” terusnya.
Sementara itu KH. Said Aqil Siroj mengucapkan rasa terima kasihnya atas kehadiran AHY dan Partai Demokrat. Ia pun dengan akrab memuji AHY sebagai aset negara Indonesia dan calon pemimpin masa depan. Selaras dengan semangat dan tujuan besar Partai Demokrat, kepada awak media yang hadir, Said menjelaskan betapa pentingnya peran partai, pemerintah dan civil society untuk mempertahankan keutuhan NKRI.
“Pokoknya kita pertahankan keselamatan, keutuhan dan jati diri bangsa ini. Kewajiban bersama tidak bisa hanya dari satu pihak, tapi bersama-sama dari pemerintah, partai politik dan kekuatan civil society yang harus menjaga keselamatan, dan keutuhan bangsa ini,” kata Said.
“Selain keselamatan geografis, perlu juga kita jaga keselamatan budayanya, jati dirinya, dan kepribadiannya. Sebuah bangsa bisa terhormat dan bermartabat kalau negara itu memiliki budaya yang mulia. Ketika kemuliaan itu ambruk, hancurlah martabat bangsa kita,” lanjutnya.
(adw/csa)