Buku yang membahas mengenai Susilo Bambang Yudhoyono dan twitternya segera diluncurkan. Buku yang disusun Putu Suasta, dengan pengantar Hinca Pandjaitan dan Heru Lelono, untuk melepas kerinduan masyarakat pada SBY. (tempo.co)

(Opiniku tentang Twitter SBY)

Oleh:  Ferdinand Hutahaean*)

Di sela agenda Partai Demokrat yang akan menyelenggarakan Rapat Kerja Nasional memenuhi Anggaran Dasar Anggaran Rumah Tangga tanggal 7 s.d 9 Mei 2017 bertempat di Mataram Nusa Tenggara Barat, ada satu peristiwa yang menarik untuk dicermati. Menarik karena ini unik dan mungkin satu-satunya yang ada di Indonesia, entah di dunia saya tidak begitu mengetahuinya.

SBY akan meluncurkan buku karya Putu Suasta seorang Kader Demokrat yang berjudul “TWITTER SBY, CATATAN SEORANG PEMIMPIN DI MEDIA SOSIAL”. Buku yang berisikan cuitan-cuitan SBY semenjak secara resmi meluncurkan akun Twitternya pada 13 April 2013 di Istana Cipanas atau sekarang genap berusia 4 tahun April lalu. Akun Twitter SBY yang saat ini dengan jumlah pengikut yang cukup besar yaitu lebih dari 9.6 Juta orang. Fantastis, tertinggi diantara politisi seluruh Indonesia.

hari ini perjalanan politik Partai Demokrat bersama Ketua Umum Prof Susilo Bambang Yudhoyono menuju kota Mataram, Kota Seribu Masjid, Nusa Tenggara Barat, kampung halaman Muhamad Zainul Madjid alias Tuan Guru Bajang, Gubernur NTB yang juga adalah Ketua DPD Partai Demokrat NTB. Sang Ulama Kharismatik yang beberapa waktu lalu mendapat perlakuan rasis dari seorang bernama Steven yang memandang rendah kaum Pribumi Indonesia. Namun bukan perlakuan rasis itu yang mau kita bahas kali ini, akan tetapi adalah Buku SBY diluncurkan di Kota Seribu Masjid, Nusa Tenggara Barat, kampung halaman Tuan Guru Bajang.

Menarik dan sungguh sarat makna yang tidak bisa dinafikan begitu saja. Meski disengaja atau tidak disengaja pemilihan Kota ini menjadi tempat peluncuran buku Twitter SBY, namun bagi saya adalah kandungan makna dari peristiwa ini sungguh menarik. Ditambah lagi dengan posisi politik Tuan Guru Bajang yang sedang menjadi topik perbincangan kalangan elit politik maupun dikalangan masyarakat sebagai tokoh atau sosok yang layak menjadi pemimpin masa depan.

Demokrat memang Partai yang tidak pernah sepi dari regenerasi tokoh negarawan. Inilah yang juga menjadi salah satu keberhasilan SBY dalam mencetak kader-kader negarawan pemimpin masa depan. Belum lagi saat ini kehadiran politisi muda Agus Harimurti Yudhoyono yang menjadi icon baru bagi Demokrat. Regenerasi kepemimpinan berjalan dan hidup.

Kembali kepada Twitter SBY yang menjadi topik bahasan kita kali ini. Cuitan-cuitan SBY selama 4 tahun telah menjadi bagian dari pendidikan bagi bangsa, mengajarkan sopan santun dan etika dalam tata bahasa, mengajarkan kejujuran dan kebenaran serta tidak menyampaikan fitnah atau informasi hoax kepada publik. Karena sebagai Presiden, akan sangat mempermalukan bangsa jika menyampaikan hoax tentang kinerja demi pencitraan. SBY juga sekaligus menjadi spirit bagi anak-anak bangsa untuk terus menjaga dan mencintai Indonesia karena tidak sedikit cuitan SBY yang mengajarkan kita cinta Tanah Air.

Begitulah nuansa-nuansa cuitan SBY dalam Twitternya hingga Putu Suasta merasa terpanggil untuk menjadikan Twitter SBY sebagai sebuah buku. Ini pasti luar biasa, karena nilai-nilai edukasi terkandung dalam cuitan SBY selama 4 tahun. Politik, Ekonomi, Sosial, Hukum, Isu-isu Sosial, Kebangsaan, semua tersampaikan dalam Twitter SBY, bahkan kehidupan pribadi bersama keluarga tercinta tidak jarang diunggah dalam Twitter tersebut.

Twitter SBY telah menjadi catatan panjang seorang negarawan dalam mencintai bangsa melalui media sosial. Terlebih media sosial saat ini telah menjadi sarana yang sarat dan penuh fitnah, penyebaran hoax, caci maki dan penuh kebencian. Bahkan tidak jarang SBY menjadi korban dari kebrutalan media sosial yang bagi sebagian orang digunakan sebagai sarana pembunuhan karakter, memfitnah dan menghabisi nama baik tanpa ampun. Maka peluncuran buku Twitter SBY dari Kota Seribu Mesjid Nusa Tenggara Barat diharapkan menjadi sarana doa dan harapan agar media sosial menjaga etika, menjaga nilai-nilai kebenaran dan menjunjung prinsip kejujuran serta tidak menebar hoax.

Peluncuran buku ini juga akan menjadi momentum perlawanan bagi fitnah dan hoax di media sosial. Menjadi pesan agar netizen menjadi insan yang bertanggung jawab dalam menggunakan media sosial, setidaknya itulah pesan moral yang bisa saya temukan dari banyak alasan yang muncul dari peluncuran buku ini.

Nusa Tenggara Barat adalah Kota Seribu Masjid, masyarakatnya sangat religius, masyarakatnya hidup dalam nilai-nilai kehidupan yang penuh persaudaraan, sederhana, dan menjunjung tinggi kebenaran serta hidup dalam tuntunan kejujuran. Maka buku Twitter SBY yang akan diluncurkan di NTB juga mengusung semangat kejujuran, semangat anti fitnah dan anti hoax.

Terimakasih Bli Putu Suasta atas buku yang bagus sehingga seluruh anak bangsa bisa belajar dari cuitan-cuitan SBY yang tanpa hoax dan tanpa fitnah. Terimakasih SBY telah menjadikan Twitter sebagai sarana komunikasi dengan publik sehingga banyak anak bangsa belajar kepemimpinan dari cuitan-cuitan selama ini.

Lombok, 06 Mei 2017

*)Komunikator Politik Partai Demokrat