Oleh: M. Zakiy Mubarok*)
Partai Demokrat, 9 September 2018, berusia 17 tahun. Usia istimewa. Sweet seven teen.
Jika dianalogikan dengan usia manusia, masa transisi dari remaja ke dewasa. Makin matang dalam berpikir dan bertindak. Makin penuh pertimbangan dan perhitungan. Berorientasi masa depan. Mandiri dan percaya diri. Analogi yang menarik jika dikaitkan dengan eksistensi Partai Demokrat hari ini.
Dalam catatan sejarah berdirinya, kelahiran Partai Demokrat dikaitkan dengan skenario politik untuk mengantarkan Susilo Bambang Yudhoyono (Pak SBY, red) sebagai Presiden. Dan sejarah membuktikan Pak SBY menjadi Presiden. Dua periode.
Namun demikian, hasrat politik Pak SBY tentu tidak hanya sampai di situ. Sebagai negarawan sejati, Pak SBY pasti visioner. Bentangan visi dan misi politiknya pasti menjangkau sisi lapisan terdalam dan terluar dari bangsa ini.
Tesis itu terkonfirmasi pada misi Partai Demokrat yang berkomitmen untuk mewujudkan Indonesia dalam mencapai pencerahan kehidupan bangsa yang merdeka, bersatu, berdaulat adil dan makmur. Menjunjung tinggi semangat nasionalisme, humanisme dan internasionalisme, atas dasar ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa dalam tatanan dunia baru yang damai, demokratis dan sejahtera. Misi universalisme ini diemban dalam fungsi kesejarahan Partai Demokrat.
Dalam perjalanannya, misi itu termanifestasi melalui beragam tindakan dan sikap. Antara lain ‘Demokrat Peduli dan Memberi Solusi’ atau yang lebih aplikatif seruan kepada ‘para kader demokrat untuk bantu mengatasi kesulitan rakyat’.
Tindakan dan sikap ini lahir dari konteks apa yang sedang terjadi pada bangsa paling mutakhir. Dengan kata lain, kehadiran Partai Demokrat dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara senantiasa up to date terhadap perkembangan yang terjadi. Prinsipnya, kritik tanpa solusi bukanlah watak dari kader Partai Denokrat.
Ide, gagasan, dan praktik politik kenegarawanan Pak SBY itulah yang seharusnya menjadi landasan sekaligus orientasi kader Partai Demokrat di seluruh Indonesia dalam bingkai etika politik yang bersih, cerdas dan santun. Etika politik ini harus menjadi jiwa setiap kader dalam menerjemahkan konsep politik kenegaraan di ranah empiris.
Beruntung di usia 17 th ini Partai Demokrat sudah memiliki Agus Harimurti Yudhoyono (Mas AHY, red).
Mengapa beruntung?
Karena bisa dipastikan secara geneologis pemikiran dan respons terhadap dinamika sekitar, -dibanding kader lain yang ada- Mas AHY lebih banyak memiliki kesempatan untuk merasakan getaran pemikiran Pak SBY hampir setiap waktu. Getaran-getaran pemikiran dan gagasan itu harus secara kontinu diwariskan dan disebarkan ke seluruh penjuru negeri, khususnya kepada kader Partai Demokrat.
Kehadiran Mas AHY di pentas politik melalui Partai Demokrat, dalam banyak sisi sangat mewakili generasi milenial. Generasi 17 th. Tidak saja dari sisi tampilan fisik, tetapi juga dalam aspek ide dan gagasan. Hal ini sangat menguntungkan Partai Demokrat jika dikaitkan dengan bonus demografi yang kerap diulas oleh para pengamat.
Karena itu, tantangan Partai Demokrat ke depan di seluruh Indonesia adalah, bagaimana dapat tampil secerdas mungkin, agar Partai Demokrat makin diminati sebagai partai yang dapat memperjuangkan aspirasi dan harapan masyarakat Indonesia, khususnya kaum muda.
Untuk itu, kader Partai Demokrat harus makin terampil memanfaatkan sarana dan instrumen yang disediakan oleh sejarah. Disamping harus sering turun ke masyarakat untuk mendengarkan langsung harapan dan keinginan mereka, kader Partai Demokrat juga harus makin terampil memanfaatkan instrumen teknologi informasi dan komunikasi yang makin populer di masyarakat muda Indonesia.
Selamat Hari Ulang Tahun Ke-17 Partai Demokrat. Mari kita songsong masa depan Partai Demokrat melalui sukses Pemilu 2019.
Bersama kita bisa!
*)Penulis adalah Caleg DPRD NTB 2019 – 2024 Dapil Kota Mataram dari Partai Demokrat