Oleh: Randi Pratama*)
Ada yang rindu dengan SBY?, Adakah yang merasa bahwa Presiden RI ke Enam itu harus kembali berada ditengah masyarakat seperti saat dia bertugas sebagai Presiden pada 2004 – 2014 lalu?. Jika saya boleh menjawab berdasarkan riset media sosial yang selama ini saya lakukan sebulan terakhir ini, maka jawabnya adalah rakyat rindu SBY. Sangat rindu malah.
Kenapa?, hemat saya jawabnya sangat singkat, karena situasi saat ini membutuhkan seorang pemimpin yang bisa memecahkan masalah yang dirasakan oleh masyarakat. Itulah yang menjadi sebab dalam beberapa hari belakangan ini, di media sosial beredar luas video tentang berbagai capaian SBY selama 10 tahun menjabat serta hastag #RinduSBY di situs jejaring media sosial Twitter. Video tersebut berisi tentang 10 program SBY yang pro rakyat. Adapun 10 program itu yaitu BPJS, KUR, PNPM, Dana BOS, Bidik Misi, Beras Miskin, Peningkatan Kehidupan Nelayan, Bantuan untuk Disabilitas,Bantuan untuk Lansia, dan Jamkesmas.
Video yang berdurasi 2 menit 13 detik itu terus diviralkan, di retweet, di copy ulang dan sebagainya. Video tersebut tersebar disemua platform media sosial, mulai facebook, twitter, instagram, youtube, bahkan sampai masuk ke dalam ruang private group Whatsapp. Hal inilah yang mendasari jawaban saya bahwa ada kerinduan yang begitu besar dari masyarakat akan 10 tahun sentuhan pro rakyat SBY.
BPJS dan Jamkesmas adalah program layanan kesehatan yang digagas oleh pemerintahan SBY. Layanan ini memberikan akses kepada yang miskin untuk mendapatkan akses kesehatan yang lebih layak tanpa harus takut dengan biaya yang dikeluarkan. SBY paham betul, bangsa kuat harus dibangun dari tubuh yang kuat, mens sana in corpore sano (di dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang kuat).
KUR atau kredit usaha rakyat merupakan program pro rakyat SBY yang memberikan akses kepada pengusaha pemula untuk dapat bisa mengembangkan usaha lebih besar. Dengan suku bunga yang rendah, tidak sedikit usaha-usaha rakyat yang berkembang pesat. Maka tidak heran, saat dunia dilanda krisis ekonomi, Indonesia bisa selamat karena disokong oleh ekonomi mikro yang berjalan stabil.
SBY juga paham akan sebuah kemandirian. Tidak hanya di kota, masyarakat desa juga harus mempunyai kemandirian, baik itu dalam hal sosial, ekonomi, pangan, dan lain sebagainya. Oleh sebab itulah, SBY meluncurkan program PNPM (Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat). Program pemberdayaan masyarakat ini dapat dikatakan sebagai program pemberdayaan masyarakat terbesar di tanah air. Dalam pelaksanaannya, program ini memusatkan kegiatan bagi masyarakat Indonesia paling miskin di wilayah perdesaan.
Beras Miskin dan Peningkatan Kualitas Hidup Nelayan juga merupakan kepedulian SBY terhadap kondisi warga negara yang kurang mampu. Untuk dapat menyokong ekonomi keluarga yang kurang mampu tersebut negara mengeluarkan program untuk menyokong ekonomi mereka. Konstitusi menyiratkan bahwa pemberdayaan (empowerment) harus dilakukan negara untuk rakyat yang lemah menuju kemandirian (self-empowerment) dan kemartabatan (dignity).
SBY tidak hanya membangun infrastruktur. Ia juga tidak hanya membangun citra sebagai pemimpin yang mencintai perdamaian sehingga dianugerahi Nobel. Ia juga tidak hanya mengisi perut lapar si kaum papa, tapi ia juga hadir membangun manusia-manusia Indonesia. Dengan gelontaran 20 persen dana APBN untuk pendidikan, SBY memberikan akses pendidikan yang layak dan setara kepada semua anak bangsa, mulai dari BOS hingga Bidikmisi menjadi harapan anak bangsa untuk mencapai pendidikan lebih tinggi.
Semua usaha SBY dalam mensejahterakan rakyat Indonesia dengan program pro rakyatnya tersebut telah sesuai dengan UUD 1945, negara diharuskan menjamin sejumlah limited positive rights warga negara, seperti hak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan (Pasal 27 ayat 2), hak mendapat pendidikan (Pasal 31 ayat 1), serta fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh negara (Pasal 34). Pasal 27 ayat 2 secara implisit menegaskan, kesejahteraan rakyat harus diawali dari pekerjaan yang layak melalui pendidikan.
Hendaknya pemerintah hari ini belajar banyak dengan 10 tahun pengalaman SBY membangun negeri. Tidak ada yang perlu disangsikan. Seperti kalimat yang sering diucapkan SBY “lanjutkan yang sudah baik, perbaiki yang belum baik, negara adil, rakyat sejahtera”.