Jakarta: Pandemi Covid-19 telah mengubah cara hidup kita yang berdampak pada setiap aspek kehidupan sehari-hari. Akibatnya, kita dipaksa beradaptasi dengan kebiasan-kebiasan baru untuk bisa menghadapi pandemi ini.
Salah satu yang juga terdampak cukup berat dari pandemi Covid-19 adalah kaum perempuan. Ketika pandemi melanda, pola kehidupan rumah tangga sehari-hari, lingkungan kerja, kehidupan sosial dan bermasyarakat berubah secara dramatis dan signifikan. Karena pandemi, kegiatan anggota keluarga menjadi terpusat di wilayah domestik atau rumah tangga, seperti misalnya kerja dari rumah dan sekolah dari rumah. Pada akhirnya, peran dalam tugas domestik sebagian besar dilimpahkan kepada perempuan.
“Artinya, di masa pandemi ini, beban perempuan sebagai manajer rumah tangga menjadi berlipat ganda dengan keberadaan seluruh anggota keluarga beserta aktivitasnya dilakukan di rumah secara serempak,” ujar Annisa Pohan Yudhoyono saat membuka acara Webinar Nasional Srikandi Demokrat yang diadakan secara virtual, Sabtu (25/9) siang.
Menurut Annisa, beban ganda yang dihadapi perempuan di masa pandemi berpotensi memicu ketidakharmonisan dalam rumah tangga. Bahkan, yang paling mengkhawatirkan adalah fakta bahwa perempuan rentan terhadap tindakan kekerasan di masa pandemi ini. Ini belum lagi ditambah dengan realitas dampak pandemi, yang berdasarkan hasil survei UN Women mengatakan bahwa 82 persen perempuan mengalami penurunan pendapatan yang cukup signifikan, serta mengalami PHK, baik di dalam dan luar negeri.
Oleh karena itu, kaum perempuan harus memilki daya saing, tidak hanya untuk individu, tetapi yang sifatnya juga komunal. Tujuannya tentu agar perempuan bisa saling membantu dan mendukung satu sama lain dalam meningkatkan keunggulan, produktivitas, dan kreativitas.
“Daya saing itu adalah bagaimana kita meningkatkan nilai diri kita, memiliki kelebihan yang bisa jadi keunggulan diri dalam mengembangkan pendidikan, keahlian, karier, bisnis, atau usaha apapun yang bisa kita lakukan,” kata Annisa.
Webinar Nasional Srikandi Demokrat masih merupakan rangkaian kegiatan yang dilakukan Srikandi Demokrat dalam rangka memperingati dua dekade Partai Demokrat.
Mengambil tema “Perempuan Tangguh di Masa Pandemi: Meningkatkan Daya Tahan dan Daya Saing Perempuan”, webinar terdiri dari dua sesi yang membahas tentang daya juang dan kompetensi yang dimiliki perempuan.
Dalam sesi pertama yang membahas bagaimana menjadi perempuan yang tangguh di masa pandemi, Ketua Komisi Nasional Perempuan Andy Yentriyani mengungkapkan bahwa di masa pandemi, perempuan berhadapan dengan tantangan yaitu risiko kesehatan yang lebih tinggi dibandingkan laki-laki, baik kesehatan mental maupun kekerasan. Meskipun demikian, Andy juga mengingatkan bahwa di balik risiko yang dialami, perempuan juga memiliki daya juang yang tinggi.
“Perempuan itu selalu mampu ya, keluar dari situasi-situasi yang paling pelik. Kita lihat di masa-masa konflik, kerusuhan, perempuan itu seperti Phoenix, perempuan itu selalu bisa hidup dari wreckage, bangkit dari abu kerusakan,” tutur Andy.
“Kita bisa lihat bagaimana perempuan berjuang di dalam keluarganya, di dalam profesinya, di dalam komunitasnya, dan untuk masyarakat luas,” ujarnya.
“Salah satu yang paling diingat adalah saat awal pandemi menghantam, salah satu inovasi pertama adalah teman-teman perempuan membuka dapur umum; lalu kesulitan mendapatkan masker sehingga teman-teman perempuan menjahit sendiri masker, dan masih banyak lagi,” lanjutnya.
Sementara itu, menurut Psikolog Keluarga dan Praktisi Konseling Kesehatan Mental Ita D Azly, untuk menjadi perempuan tangguh, kita perlu untuk bisa menyadari bahwa kita juga punya kelemahan. Tapi bagaimana pada akhirnya kita membangun awareness terhadap kelemahan kita dan mengembangkan diri, itulah cara perempuan memiliki ketangguhan, bahkan tidak hanya di masa pandemi.
“Kita perlu membangun kompetensi diri, dan kita perlu membangun kompetensi sosial. Karena kita bagian dari masyarakat. Kita punya peran penting, perempuan di dalam keluarga dan juga masyarakat, apalagi dikatakan bahwa perempuan adalah tiang negara,” ujar Ita.
Di sisi lain, Praktisi Teknologi dan Green Economy Thilma Komaling menyampaikan bahwa agar perempuan tetap semangat dalam memiliki daya juang, maka kita juga harus menguasai kemampuan secara teknik, salah satunya dengan memanfaatkan teknologi. Oleh karena itu, dalam bertransformasi menghadapi era digital, setidaknya terdapat tiga hal yang harus dilakukan perempuan: Bertahan, Berubah, dan Belajar.
Hal senada juga disampaikan oleh CEO @kamiidea Istafiana Candarini. Berhasil memanfaatkan teknologi terutama media sosial, bisnisnya kini telah berkembang pesat sejak berdiri tahun 2009.
Bagi Istafiana, perempuan harus bisa memanfaatkan waktu dan energi dengan semaksimal mungkin untuk menentukan goals atau target yang diinginkan untuk menemukan passion. Terlebih lagi saat perempuan memiliki satu gift, yaitu secara alami lebih bisa multitasking. “Set goals-nya secara jelas, kemudian find your passion, kira-kira kita bisa melakukan apa, supaya kita bisa mencapai target tetapi kita juga happy,” imbuh Istafiana.
Turut hadir dalam acara Webinar Nasional Srikandi Demokrat antara lain Ketua Persaudaraan Istri Anggota Fraksi Partai Demokrat Aliya Rajasa Yudhoyono, Anggota DPR RI Fraksi Partai Demokrat Hj. Meilani Suharli, dan Ketua Panitia Webinar Nasional Srikandi Demokrat Dr. Susilawati.
Webinar ini diikuti lebih dari 2000 peserta dari berbagai latar belakang pekerjaan dan pendidikan dari seluruh Indonesia.
(bcr/csa)