Oleh: M. Zakiy Mubarok*)
Belum lama, saya mengikuti kegiatan tatap muka sekaligus mendengarkan arahan langsung Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dengan tim Komunikator Politik Partai Demokrat.
Hadir mendampingi Pak SBY dalam kegiatan yang diinisiasi Divisi Komunikasi DPP Publik Partai Demokrat, itu Sekretaris Jenderal Dr. Hinca IP Panjaitan, Bendahara Umum Partai Demokrat dr. Hj. Indrawati Sukadis. Dan tentu saja yang istimewa Bu Ani Yudhoyono atau Hj. Kristiani Herrawati.
Banyak hal penting yang disampaikan Pak SBY. Hal prinsip yang ditegaskan adalah, berdirinya Partai Demokrat dilatarbelakangi oleh semangat untuk mempertahankan ideologi Pancasila dan menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Spirit itulah yang kemudian dipertegas tidak saja pada AD/ART partai, bahkan secara eksplisit disebutkan dalam Mars Partai Demokrat.
Di luar banyak hal-hal penting yang disampaikan Pak SBY, ada satu yang menarik perhatian saya saat Pak SBY menyampaikan paparan dan arahannya. Yakni, aktivitas menulis Bu Ani Yudhoyono. Semoga saya tidak keliru, Bu Ani terlihat menulis materi arahan dan paparan Pak SBY di atas podium.
Dari awal hingga akhir Pak SBY menyampaikan arahan dan paparannya, tangan Bu Ani tak pernah lepas menulis apa yang disampaikan Pak SBY. Sesekali Bu Ani ikut tersenyum jika ada Pak SBY melontarkan guyonan. Atau turut tepuk tangan dengan seluruh peserta ketika Pak SBY masuk pada poin-poin yang menyemangati kader.
Dilihat dari halaman buku tempat menuangkan tulisannya yang hampir mendekati lembaran akhir -tebal di sebelah kiri, tipis di sebelah kanan- saya menduga tidak hanya kali itu saja Bu Ani mencatat apa yang disampaikan Pak SBY yang sarat ilmu pengetahuan.
Bu Ani dan aktivitasnya tersebut, dalam pandangan saya sangat istimewa. Mengapa? Bayangkan saja, sejak 30 Juli 1976, Bu Ani adalah sosok yang setia menemani perjalanan hidup Pak SBY. Jika setiap kali Pak SBY menyampaikan paparan dan arahan kepada sangat banyak orang dan Bu Ani mencatat, maka akan sangat banyak pengetahuan dan nilai-nilai kehidupan yang terdokumentasi dan terangkum.
Dan saya sangat yakin, selain paparan Pak SBY di depan publik, ada banyak hal yang hanya didiskusikan oleh kedua beliau. Terlebih menurut sebuah sumber menginformasikan, bahwa Pak SBY membangun kultur diskusi di internal keluarganya. Artinya, ada banyak catatan tertulis dari Bu Ani tentang pemikiran-pemikiran Pak SBY yang penting untuk diwariskan kepada generasi muda saat ini, maupun yang akan datang.
Hanya Bu Ani yang memiliki akses langsung dan setiap saat dapat memahami suasana batin Pak SBY ketika melontarkan pikiran-pikirannya tentang bangsa dan negara ini. Dengan demikian, Bu Ani bisa dipastikan dapat lebih utuh memotret pemikiran-pemikiran Pak SBY, bersanding dengan buku-buku yang pernah ditulis langsung oleh Pak SBY salah satu diantaranya “Selalu Ada Pilihan – Untuk Pencinta Demokrasi dan Para Pemimpin Indonesia Mendatang”.
Meskipun kenyataannya, jika tak keliru, sedikitnya sudah ada sepuluh judul buku karya dari dan tentang Bu Ani yang sudah terdokumentasikan dalam bentuk buku. Diantaranya: Kepak Sayap Putri Prajurit, Anak Kita Masa Depan Kita, Menanam untuk Hari Esok, Keluarga Sehat Investasi Bangsa, Bersatu Dalam Kemajuan, Tebar Kepedulian dengan Cinta dan Kasih Sayang.
Buku-buku Bu Ani itu pastinya sangat memberikan inspirasi kepada banyak pihak. Apalagi jika catatan-catatan Bu Ani terhadap pidato, ceramah, uraian, dan paparan Pak SBY diramu menjadi sebuah buku, maka dipastikan akan sangat berguna bagi generasi bangsa ini.
Buku yang berisi pikiran-pikiran, ide-ide, dan gagasan-gagasan Pak SBY dari Bu Ani akan menjadi karya monumental yang ditunggu banyak pihak. Tidak saja oleh kader Partai Demokrat, tapi oleh seluruh generasi muda bangsa ini. Sebab bisa dipastikan, buku ini akan berisi banyak pelajaran tentang bagaimana sebaiknya kita berbangsa dan bernegara yang pantas menjadi pegangan dan pedoman.
*) Ketua Divisi Pengembangan Kemitraan Masyarakat DPD Partai Demokrat NTB