Sekretaris Jenderal Partai Demokrat Hinca Pandjaitan, Ketua DPD-PD Jabar Iwan Sulandjana, Ketua DPC-PD Kota Cirebon (juga Wali Kota Cirebon) Nasrudin Azis foto bersama 5 Ketua dan 22 Ketua Ranting Demokrat se-Kota Cirebon, di Hotel Prima, Jalan Siliwangi, Cirebon, Minggu 8 Oktober 2017. (Foto: MCPD/Iwan K)

Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono pernah menyampaikan agar para kader  jangan “Ojo Rumongso Biso, Nanging Biso Rumongso”. Para kader “jangan hanya merasa bisa tetapi harus bisa merasa”.

“Bisa merasa” tentu bermakna luas. Dalam konteks politisi sebagai orang yang harus memahami perasaan seseorang, bisa merasa artinya, seorang politisi harus bisa merasakan apa yang dirasakan rakyat di lubuk hati terdalam.

“Bisa merasa” itulah yang, saya pikir, dipahami sangat baik oleh Sekretaris Jenderal Partai Demokrat Hinca Pandjaitan. Lelaki kelahiran Kisaran itu paham benar bagaimana “memanusiakan manusia” hingga air mata bangga pun tumpah dari para kader, termasuk mereka yang gagah berseragam Satuan Tugas (Satgas) Rajawali.

Peristiwa itulah yang terjadi saat pembekalan dari Hinca Pandjaitan kepada para kader dari lima Pimpinan Anak Cabang dan 22 Ranting Demokrat se-Kota Cirebon, di Hotel Prima, Jalan Siliwangi, Kota Cirebon, Minggu 8 Oktober 2017 siang menjelang petang.

Awalnya, Nasrudin Azis, Ketua Demokrat (yang juga Wali Kota) Cirebon, menyampaikan rasa terima kasih pada SBY dan Hinca serta para petinggi Demokrat. Demikian besar perhatian Dewan Pimpinan Pusat Partai Demokrat kepadanya. Sekjen bahkan turun langsung memastikan bahwa Demokrat  Kota Cirebon tetap menggerakkan mesin partai dan siap memenangkan Pilkada Kota Cirebon dan Pilgub Jabar 2018.

Dukungan besar dan total itu membuat Nasrudin Azis terharu karena bangga. Apalagi ia menyaksikan bahwa 22 ranting Demokrat ternyata masih ada dan siap untuk bekerja.

Tugas pertama mereka untuk menyukseskan “Jalan Sehat dan Deklarasi Demokrat Menolak Pembekuan KPK” pada Minggu pagi, terlaksana dengan meriah. Belasan ribu warga Kota Cirebon ikut dalam acara tersebut.

Karenanya  Nasrudin Azis menegaskan, kini keyakinannya utuh untuk tetap mengibarkan panji-panji Demokrat dan siap memenangkan Pilkada Kota Cirebon.

Lalu Hinca Pandjaitan memulai “sihirnya”. Ia mengawali dengan mengenalkan seluruh kader utama Demokrat Pusat yang datang dari jauh menuju Cirebon. Para kader utama itu sangat menghargai warga dan kader Demokrat  Kota Cirebon.

Tak kurang dari Sekretaris Jenderal Partai Demokrat Hinca Pandjaitan didampingi istrinya, Engelberta Hinca Pandjaitan, Anggota FPD DPR-RI Herman Khaeron, Ketua DPD-PD Jabar Iwan Sulandjana, Ketua DPC-PD Kota Cirebon (juga Wali Kota Cirebon) Nasrudin Azis, Ketua Timnas Serbu Ranting Demokrat Jackson Kumaat, Ketua Divisi Keamanan Internal DPP-PD Rudi Kadarisman, Pengurus Dept Polhukam DPP-PD Haris Wijaya,  Sekretaris Divisi Komunikasi Publik DPP-PD Hilda Thawila, Sekretaris Departemen Agama DPP-PD Elfira Kaunang, para kader dari DPP-PD Bobby Batubara, Redi Susilo, Wasinthon Simbolon, M Natsir Ubaya, juga kru Media Centre DPP-PD datang sebagai penghormatan pada para kader di Cirebon.

Hinca kemudian meminta para kader utama untuk memberikan penghormatan dan standing applause pada para kader di Cirebon. Mereka telah menunjukkan kemampuan dan militansi hebat karena mampu menyelenggarakan kegiatan besar di Kota Wali itu.

Usai penghormatan dari para kader utama Demokrat, Hinca memanggil lima Ketua PAC dan 22 Ketua Ranting se-Cirebon. Mereka diminta dengan hormat naik ke panggung. Lantas mereka foto bersama dengan Hinca Pandjaitan, Iwan Sulandjana, dan Nasrudin Azis.

Suatu perlambang bahwa Demokrat Pusat, Demokrat Provinsi Jabar, dan Demokrat Kota bersatu-padu membesarkan PAC dan Ranting Demokrat se-Kota Cirebon.

Sekretaris Jenderal Partai Demokrat Hinca Pandjaitan merangkul Syaifullah, Ketua Ranting Demokrat Kelurahan Kecapi, di Hotel Prima, Jalan Siliwangi, Cirebon, Minggu 8 Oktober 2017. (Foto: MCPD/Iwan K)

Hinca kemudian menyampaikan bagi Demokrat para kader di PAC dan terutama ranting serta anak ranting bukanlah “objek” apalagi dengan tambahan “pelengkap penderita”. Para kader Ranting-Anak Ranting justru panglima perang di garis terdepan. Para kader inilah subjek sesungguhnya. Mereka yang menentukan siapa Presiden RI, siapa Gubernur,  atau siapa Wali Kota Cirebon. Jika para kader di Ranting-dan Anak Ranting bekerja keras maka kesuksesan Demokrat adalah sebuah kepastian.

Hinca juga menegaskan, Demokrat memahami, para kader di Ranting-Anak Ranting sesungguhnya kader yang paling murni. Para kader yang berjuang semata-mata untuk kebesaran Partai Demokrat. Para kader inilah yang menjadikan para kader lainnya sebagai pejabat publik di eksekutif atau legislatif. Sebaliknya mayoritas mereka malah tak punya keinginan untuk duduk di eksekutif dan legislatif.

Bagi SBY, Hinca dan para Petinggi Demokrat Pusat, para kader Ranting-Anak Ranting yang militan ini harus dimaksimalkan daya pikirnya dan dan diangkat kesejahteraannya. Tidak boleh ada pimpinan ranting yang menurun kesejahterannya karena masuk Demokrat. Justru setelah masuk Demokrat, mereka semakin cerdas dan sejahtera. Tentu secara bertahap.

Para kader di Ranting  akan dilatih untuk mampu menggerakkan bidang usaha yang variatif. Tergantung geografis, demografis, juga sosiokultural di suatu wilayah. Mereka juga akan dibekali beragam pengetahuan sehingga semakin matang menghadapi beragam persoalan.

Para kader Ranting juga dipersiapkan untuk menjadi “pahlawan kemanusiaan” terdepan. Merekalah penyuluh paling dekat dengan akar rumput yang mengingatkan warga tentang bahayanya narkoba. Setiap sekretariat para pimpinan ranting adalah juga rumah bagi masa depan bangsa.

Mereka jugalah yang bersuara lantang di akar rumput tentang Indonesia mendatang harus dipimpin sosok bersih, cerdas, santun, matang dan berwawasan dunia bernama Agus Harimurti Yudhoyono atau AHY.

Banyak  hal lain disampaikan Hinca Pandjaitan kepada para kader Ranting se-Cirebon. Pada intinya semua untuk membangkitkan semangat mereka. Meyakinkan bahwa kerja-kerja mereka adalah kerja mulia untuk bangsa dan negara.

Saat itulah, Hilda Thawila menarik tangan seorang lelaki berseragam Satgas Rajawali. Dia adalah Syaifullah, Ketua Ranting Demokrat Kelurahan Kecapi.

“Sekjen ada yang menangis ini,” kata Hilda.

Hinca pun segera merangkul Syaifullah. Memeluknya erat. Mata Syaifullah justru semakin basah.

“Kenapa kau menangis?” Hinca bertanya pelan.

“Saya terharu…,” Syaifullah mengusap matanya.

“Kenapa? Apa yang kau sedihkan?” Hinca bertanya lagi.

“Saya bangga… saya bangga menjadi kader Demokrat,” Syaifullah masih sesunggukan.

Hinca kemudian memeluk tubuh bergetar itu dengan erat. Ia tetap memelukkan satu tangannya ke tubuh kecil Syaifullah, ketika berkata kepada hadirin bahwa ia bahagia karena Syaifullah meneteskan air mata bangga sebagai kader Demokrat.

Petang datang. Sebentar lagi malam. Pembekalan harus diakhiri. Hinca kembali meminta seluruh kader utama Demokrat Pusat berdiri dan memberikan tepukan penuh apresiasi pada seluruh kader di Kota Cirebon.

Lalu, Hinca meminta hadirin dengan lantang menyanyikan Mars Demokrat, buah karya SBY. Dan sembari terus bernyanyi, para kader utama meninggalkan ruangan sambil menyalami para kader se-Cirebon.

Saat itulah, saya kembali melihat air mata bangga Syaifullah tumpah. Air mata sang kesatria!

(didik l pambudi)